Mengeja Kata, Menyusun Kalimat
Tentu sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, kita sudah mulai diajarkan bagaimana cara menyusun kalimat. Dengan rumus sederhana S-P-O atau S-P-O-K, kita mencoba menuliskan kalimat demi kalimat, dengan beragam variasi dan bentuknya.
Saya berani memastikan bahwa ketika pertama kali kita belajar menyusun kalimat, terasa tak selalu mudah untuk membuat susunan yang tepat. Apalagi bagi kita yang mempunyai bahasa Ibu selain bahasa Indonesia. Tentu prosesnya menjadi lebih panjang, karena kita harus menterjemahkan terlebih dahulu kata-kata yang akan kita pergunakan, menterjemahkannya dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia.
Kesulitan yang kita alami tak berhenti di situ. Sebab pada masa kanak-kanak itu, kita juga baru mengenal makna kata, sehingga bisa saja terjadi kita menyusun sebuah kalimat dari beberapa kata dengan memasukkan kata-kata yang sebenarnya kurang atau tidak lazim dipergunakan dalam kalimat dimaksud.
Sebagai contoh sederhana misalnya seperti kalimat berikut: "Adik pergi dari sekolah", yang mungkin oleh salah satu siswa akan dituliskan dalam kalimat, "Adik minggat dari sekolah"; dengan pemahaman kata 'minggat' sama dengan 'pergi'.
Barangkali kedengarannya lucu bagi kita-kita sebagai orang dewasa yang sudah memahami penggunaan kata secara tepat dalam kalimat, namun hal itu tidak selalu berlaku bagi mereka-mereka yang baru belajar menyusun kalimat.
Contoh lain misalnya saat siswa diminta menyusun kalimat dengan menambahkan awalan dan atau akhiran pada salah satu kata yang ada. Coba cermati contoh berikut;: Â "Bapak terbawa lamunan". Siswa lainnya mungkin ada yang menulis, "Bapak membawa lamunan", "Bapak dibawa lamunan", dan "Bapak terbawa-bawa lamunan".
Kalau dikaji lebih jauh, semua kalimat tersebut mempunyai makna yang beragam, hanya gara-gara perbedaan unsur awalan dan atau akhiran yang dipergunakan. Memang terlihat remeh tapi tidak untuk diremehkan!
Tulisan yang Terobsesi Menjadi Buku
Tentu sebagian orang punya obsesi untuk menjadi penulis seperti para penulis lain yang sudah terkenal lebih dahulu. Meskipun untuk menjadi penulis tentu tak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi jika bercita-cita menjadi seorang "penulis terkenal".
Usaha yang dilakukan dengan jalan membuat tulisan demi tulisan belumlah cukup. Perlu semangat dan komitmen untuk serius dan konsisten dalam menjalani obsesi ini. Sebab dalam realitasnya, sebagian orang hanya tampak menggebu-gebu di awalnya saja, setelah berhasil membuat beberapa tulisan kemudian berhenti dan menghilang dari dunia kepenulisan.