Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tangguh Sekaligus Feminim

21 April 2021   20:44 Diperbarui: 21 April 2021   21:07 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati Sisi Lain di Sekitar Pantai Takisung (Sumber foto: dokumentasi pribadi)

FOTO 1. WANITA TANGGUH ITU ADALAH ISTRI SAYA. Saat ini dia mengabdikan dirinya sebagai seorang perawat di sebuah rumah sakit daerah di Provinsi Kalimantan Selatan. Ketangguhannya sudah teruji oleh waktu. Kesungguhan pengabdiannya kepada setiap pasien yang dirawatnya pun tak diragukan lagi. Di sela-sela kesibukannya mengabdi bagi kemanusiaan, dia selalu meluangkan waktunya untuk melakukan refreshing. Dan salah satu tempat yang pernah kami kunjungi bersama adalah Museum Wasaka Banjarmasin.

Kata "Wasaka" sebenarnya merupakan akronim dari semboyan perjuangan rakyat Kalimantan Selatan, "Waja Sampai Kaputing" (berjuang sampai titik darah penghabisan). Semboyan ini dipopulerkan oleh Pangeran Antasari semasa Perang Banjar Barito meletus.

Dan semangat waja sampai kaputing itu pun dihidupi istri saya dalam pengabdiannya sebagai seorang perawat, khususnya di masa pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama setahun terakhir. Pun mengikuti teladan R.A. Kartini yang tetap eksis dalam perjuangan untuk menegakkan emansipasi kaum wanita di zamannya.

Bergaya di Antara Rumput dan Ilalang di Kota Citra Graha (Sumber foto: dokumentasi pribadi)
Bergaya di Antara Rumput dan Ilalang di Kota Citra Graha (Sumber foto: dokumentasi pribadi)
FOTO 2. WANITA TANGGUH ITU JUGA FEMINIM. Sisi feminim seorang wanita sungguh saya temukan dalam diri istri saya yang dalam kesehariannya tak pernah mengenal kata menyerah untuk tugas mulia yang diembannya.

Menjadi seorang perawat tentu tak mudah, apalagi di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Selain beban tugas yang harus dilaksanakannya setiap hari, dia pun harus selalu menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Dari dialah saya belajar bagaimana seharusnya berperilaku hidup bersih dan menjaga diri dengan baik dalam situasi pandemi.

Menikmati Sisi Lain di Sekitar Pantai Takisung (Sumber foto: dokumentasi pribadi)
Menikmati Sisi Lain di Sekitar Pantai Takisung (Sumber foto: dokumentasi pribadi)
FOTO 3. TANGGUH MENYUSURI ALAM DAN PANTAI. Pantai adalah salah satu destinasi wisata yang sering kami kunjungi. Dan salah satu pantai tersebut bernama Pantai Takisung yang berlokasi di Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut.

Lokasi pengambilan foto ini tak jauh dari Pantai Takisung. Letaknya memang beberapa puluh meter dari pantai utama, sehingga kondisinya masih terbilang alami dan belum dilakukan pembangunan di sekitarnya.

Kami menyukai Pantai Takisung karena pasirnya bersih. Di sana pun terdapat pasar rakyat yang menjual aneka kerajinan khas pesisir pantai. Biasanya usai menyusuri garis pantainya, kami singgah ke warung langganan kami dan menikmati sajian makan dan minum sederhana. Es kelapa muda, Popmie hangat, ditemani beberapa potong pisang goreng kerap menjadi menu pilihan yang tak terganti. Lelah yang kami alami segera sirna setelah perut kembali terisi dan dahaga terobati.

Menatap Matahari Terbenam di Pantai Takisung (Sumber foto: dokumentasi pribadi)
Menatap Matahari Terbenam di Pantai Takisung (Sumber foto: dokumentasi pribadi)
FOTO 4. TANGGUH MENJUNJUNG BUDAYA WARISAN LELUHUR. Kain yang menggantung di leher istri saya ini adalah sebuah selendang yang terbuat dari kain tenun Flores. Dia begitu bangga dengan selendang tersebut, demikian halnya dengan saya. Meskipun saya bukan berasal dari Flores, namun saya begitu menyukai segala tradisi dan warisan budaya yang begitu kaya yang dimiliki oleh Indonesia.

Jangan mengaku Indonesia bila kita tidak pernah merasa bangga dengan kebudayaan milik bangsa ini. Jangan mengaku Indonesia bila yang kita banggakan dan agung-agungkan adalah kebudayaan bangsa lain.

Phi Restaurant di Grand Cordela Hotel Bandung (Sumber foto: http://omegahotelmanagement.com/grandcordela/bandung/#group )
Phi Restaurant di Grand Cordela Hotel Bandung (Sumber foto: http://omegahotelmanagement.com/grandcordela/bandung/#group )
FOTO 5. TANGGUH UNTUK SELALU MENOMORSATUKAN MENU ASLI INDONESIA. Meskipun bukan asli orang Jawa, namun lidah istri saya begitu menyukai makanan asli Jawa, seperti gudeg yogya, sambal krecek, lumpia semarang, bakpia pathok, gado-gado, pecel, dan sebagainya.

Dan kami meyakini bahwa di Phi Restaurant yang menjadi bagian dari Grand Cordela Hotel Bandung menyediakan menu khas Nusantara yang menggugah selera. Apalagi jika kunjungan kami nanti berlangsung di bulan Ramadan, tentu kami bisa menikmasi sajian khas Ramadan asli Nusantara di restoran yang ditata apik dan bernuansa alam ini.

Bila nanti kami berkesempatan berkunjung ke Kota Kembang, kami akan mengunjungi restoran ini di Jalan Soekarno -- Hatta No. 791 B, Bandung. Selain menikmati menu makanannya, kami juga akan melepaskan penat kami setelah seharian berkeliling Kota Bandung. 

Semoga selepas pandemi Covid-19 nanti, mimpi dan harapan kami ini bisa menjadi kenyataan.

Banjarmasin, 21 April 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun