Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menjadi Penjiplak Itu "Menantang", Namun Menjadi Penulis Sejati Jauh Lebih Menantang, Bung!

8 Februari 2021   01:09 Diperbarui: 8 Februari 2021   01:31 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jiplak menjiplak, bajak membajak, sudah dianggap biasa terjadi di dunia perbukuan sejak dulu. Bahkan soal ini pun sudah merambah ke bidang lainnya, sebut saja dunia perfilman, dunia hiburan, dunia artis, dan lain sebagainya. Bahkan di dunia maya pun yang namanya penjiplakan atau beken dengan istilah plagiat juga marak terjadi!

Bagaimana dengan nasib sebuah tulisan yang kita buat dengan susah payah: yang ketika kita posting di blog pribadi hanya sanggup meraup puluhan pembaca, namun ketika "idenya" dijiplak penulis lain dan diunggah di blog pribadinya justru berhasil meraih puluhan kali lipat jumlah pembaca?

Tentu rasa kecewa itu ada dan akan kita alami. Tentu di saat-saat seperti itu emosi kita tiba-tiba meluap tak terbendung. Mau marah rasanya serba salah. Mau menuntut tapi kita tak punya keberanian untuk mengungkapkannya kepada yang bersangkutan.

Bila tulisan yang kita buat ditayangkan oleh situs ternama dengan label "hak cipta" padanya, barangkali urusan gugat-menggugat bisa kita lanjutkan. Namun jika tulisan tersebut hanya kita terbitkan dalam blog yang sifatnya pribadi, maka yang biasa terjadi adalah pembiaran atas pelanggaran itu sendiri. Barangkali tak banyak yang bisa kita lakukan selain mengelus dada dan prihatin atas kejadian itu.

Jiplak-Menjiplak: Sebuah Budaya?

Jika kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka kita akan menemukan makna dari istilah "menjiplak" yang dimaknai sebagai kegiatan atau aktivitas mencontoh atau meniru (tulisan, pekerjaan orang lain). Dalam kamus ini pun kita akan menemukan padanan kata untuk istilah "menjiplak" yaitu mencontek yang berarti mengutip (tulisan dan sebagainya) sebagaimana aslinya.

Sebenarnya sejak berada di bangku sekolah dasar, kita sudah dibiasakan oleh Bapak dan Ibu guru kita saat itu untuk menghindari budaya mencontek ini. Tentu Bapak dan Ibu guru kita mempunyai alasan yang pasti mengapa kita diminta tidak melakukan perbuatan tidak terpuji ini.

Semua tentu ada hubungannya dengan masa depan kita masing-masing. Meski sudah bisa ditebak pada di saat kita masih kecil, sebagian anak ada yang beranggapan bahwa menyontek adalah solusi untuk meraih prestasi terbaik di kelasnya masing-masing. Meskipun sebagian siswa lainnya sangat menyadari bahwa menyontek adalah perbuatan curang yang tidak perlu dilakukan!

Jika sejak duduk di bangku sekolah dasar seorang anak sudah akrab dengan dunia menyontek, bahkan anak tersebut telah merasa enjoy dan menganggap bahwa aktivitas tidak terpuji ini sebagai bagian dari perjalanan studinya; maka sudah bisa ditebak bahwa kegiatan menyontek tersebut berlahan namun pasti akan tumbuh dan berkembang menjadi sebuah "budaya"!

Dalam KBBI disebutkan pengertian dari budaya, yaitu sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Nah, demikianlah yang akan terjadi jika seorang anak telah terbiasa dan menganggap menyontek sebagai sebuah kebiasaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun