pohon-pohon roboh semuanya.
Sungai meluap banjir,
sehingga bila dilihat persis lautan pasang."
Apa yang terdapat pada salah satu bagian Serat Sabda Palon tersebut mirip dengan lukisan keadaan yang terjadi di Tanah Air akhir-akhir ini; di mana di tengah pandemi Covid-19, Indonesia dilanda bencana dimana-mana.
Sosok Sabda Palon dan Naya Genggong; "Apakah Sungguh Nyata?"
Dari berbagai referensi yang ada, diantaranya menyebutkan bahwa sosok Sabda Palon maupun Naya Genggong sejatinya "sungguh" nyata dan pernah hidup di muka bumi ini. Dan mereka yang meyakini keberadaan kedua sosok ini pun percaya bahwa Sabda Palon dan Naya Genggong adalah pemomong Tanah Jawi atau Jawa. Benarkah demikian?
Bila ditelusuri sumbernya, kedua sosok yang hingga kini masih dianggap "misterius" ini sebenarnya dapat kita temukan pada Serat Sabda Palon yang memuat percakapan antara dua sosok ini dengan Sang Prabu Brawijaya V (1478-1527) atau dikenal juga dengan Prabu Bhre Kerthabhumi, yang merupakan raja terakhir Kerajaan Majapahit.
Entah apa sebenarnya kaitan antara sosok Semar dan sosok Sabda Palon yang diyakini pernah hidup di muka bumi ini. Sementara dalam kisah Mahabarata versi Jawa, sosok Semar ini merupakan salah  satu karakter penting yang biasanya dikaitkan dengan tokoh-tokoh pewayangan lainnya.
Semar biasanya juga dihadirkan bersama anak-anaknya, diantaranya: Gareng, Petruk, dan Bagong. Sebuah pertanyaan lain mungkin akan muncul di benak kita: "Apakah Semar dan sosok punakawan lainnya juga pernah hidup di bumi dan turut mengisi sejarah kehidupan manusia di masa silam?"
Sementara itu, sosok Sabda Palon juga diyakini mempunyai nama lain Kyai Sapu Angin. Sedangkan Naya Genggong sering disapa dengan nama Kyai Sapu Jagad. Sementara itu Serat Sabda Palon atau juga dikenal sebagai Serat Jangka Jayabaya diketahui berisi ramalan masa depan Nusantara ini dipercaya ditulis oleh Maharaja Jayabaya sendiri; namun ada sebagian pihak yang meyakininya bahwa penulis naskah Ramalan Jayabaya bernama Raden Ngabehi Ranggawarsita.
Prabu Jayabaya merupakan Raja Kerajaan Kediri (1135-1157). Beliau bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. Di masa kepemimpinannya, Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan.