Bila dihitung berdasarkan penanggalan Jawa, maka tahun-tahun belakangan ini diyakini oleh banyak pihak sebagai tahun ke-500 yang pernah disabdakan oleh Eyang Sabda Palon dan Eyang Naya Genggong yang juga selalu dikait-kaitkan dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit.
Sosok keduanya hingga kini masih dianggap misteri. Ada sebagian orang yang meyakini bahwa keduanya benar-benar ada; namun ada yang beranggapan bahwa sebenarnya sosok keduanya hanya rekaan dari hasil imajinasi manusia yang dianugerahi kaweruhan atau bisa disebut "waskita" dan mampu meramal masa depan.
Beberapa minggu terakhir, masyarakat Indonesia tersentak dengan berbagai bencana yang terjadi beruntun. Dimulai dari musibah tanah longsor di Sumedang -- Jawa Barat, kemudian peristiwan nahas jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182, yang disusul banjir bandang yang melanda 10 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan, gempa di Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat, meletusnya Gunung Semeru di Jawa Timur dan Gunung Merapi di Jawa Tengah, bencana banjir bandang di wilayah Puncak, Bogor, dan musibah banjiryang baru-baru ini melanda wilayah Manado, Sulawesi Utara.
Belum lagi selama setahun terakhir, hampir seluruh wilayah di Indonesia sedang menghadapi "peperangan" melawan pandemi Covid-19 yang telah merenggut banyak jiwa; dimana angka penderitanya semakin hari semakin bertambah.
Bencana di Nusantara = Sabda Palon "Nagih Janji"?
Lagi-lagi sebagian orang berpendapat dan berspekulasi bahwa aneka peristiwa dukacita tersebut berhubungan dengan pemenuhan ujaran yang pernah disampaikan Sabda Palon di masa lalu. Sabda Palon "Nagih Janji", demikian orang-orang biasa menyebutnya.
Dalam salah satu Sabda Palon tersebut tertulis demikian,
"Kasandung wohing pralaya,
Kaselak banjir ngemasi,
Udan barat salah mangsa,