Siang itu cuaca tampak begitu cerah. Panasnya terik matahari di atas kepala tak menghalangi niat para peziarah untuk tetap bertahan, demi menghantarkan jenazah sang Pastor tercinta ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Suasana duka terpancar dari wajah mereka yang menghadiri pemakaman almarhum Pastor Frans di Komplek Pemakaman Kristen yang terletak di Landasan Ulin, Km. 24 Banjarbaru -- Kalimantan Selatan, Selasa, 19 Oktober 2010 silam.
Tak sedikit dari antara mereka yang menitikkan air mata ketika peti jenazah almarhum kelahiran Watsin (Kei Besar -- Maluku Tenggara), 3 April 1959 ini dimasukkan ke liang kubur, terlebih bagi beberapa orang anggota keluarga dan juga umat Paroki Ave Maria Tanjung yang mempunyai kenangan istimewa bersama almarhum.
Makam Pastor Frans terletak di sisi sebelah kiri dari makam Pastor Marian Wiza, MSF yang wafat pada tanggal 3 Agustus 2009, dimana kedua makam ini terletak di dalam Komplek Pemakaman Misionaris Kalimantan.
Dalam komplek yang sama terdapat pula beberapa makam dari para Misionaris Kalimantan lainnya: Pastor G.H. Borst, MSF, Fr. M. Gregorius Rudolf, Pr, Pastor Karl Klein, MSF, Pastor Yohanes Henricus Wieggers, MSF, Br. Alexsander Apui, MSF, Pastor Jacobus Kusters, MSF dan Pastor Antonius van Rossum, MSF. Baik Pastor Frans, Pastor Marian dan Br. Rudolf.
Sepulang dari pemakaman, saya mendapat kesempatan istimewa berada dalam satu mobil bersama adik kandung almarhum.
Bapak Damy Kabrahanubun - adik kandung almarhum almarhum Pastor Frans, banyak berkisah tentang masa kecil abangnya.
"Yang saya ingat, pada waktu itu abang sudah duduk kelas 1 sekolah dasar. Abang sudah terbiasa menghadapi segala permasalahan hidupnya dengan senyum saja. Dia juga orangnya sangat kritis sekali, kalau segala sesuatu memang tidak sesuai dengan pikirannya dan ia menemukan bahwa hal itu tidak benar, maka abang tidak segan-segan menentangnya. Dalam kehidupan sehari-hari, bilamana di antara kami ada yang saling bertengkar atau tidak cocok, maka abang berusaha supaya kami semua berdamai kembali. Sehingga ciri khas sebagai anak sulung sungguh nampak dari situ."
Salah seorang saudara sepupu almarhum, yaitu Bapak Tarsy Temorubun juga merasa teramat kehilangan sosok kakak. "Pastor Frans sangat disegani dalam pola hidupnya. Dia menunjukkan dirinya sebagai kakak sulung yang menjadi contoh - bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi siapa saja dan di manapun dia berada."
Bapak Tarsy kemudian melanjutkan ceritanya sambil mengenang kembali masa kecilnya bersama almarhum. "Semasa kecil Pastor Frans senang sekali bermain dengan siapa saja dan beliau memang seorang anak yang pintar."
Pada Minggu dini hari, 17 Oktober 2010 sekitar pukul 02.15 Wita, Pastor Frans Kabrahanubun meninggal dunia di Pastoran Paroki Ave Maria Tanjung Tabalong. Selanjutnya jenazah dibawa ke Banjarmasin dan disemayamkan di rumah duka di Wisma Ventimiglia, di Jalan Gatot Subroto nomor 10 Banjarmasin.
Selasa, 19 Oktober 2010 bertempat di Paroki Katedral Keluarga Kudus Banjarmasin diadakan Misa Requiem untuk mengenang sekaligus mendoakan almarhum Pastor Frans.
Misa dipimpin oleh Vikjend Keuskupan Banjarmasin Pastor Theodorus Yuliono Prasetya Adi, MSC didampingi oleh Wakil Provinsial MSC Indonesia Pastor Albert Jamlean, MSC, Wakil Asisten II Provinsial MSC Indonesia Pastor Benedictus E. Rolly Untu, MSC dan para imam yang berkarya di Keuskupan Banjarmasin dan Keuskupan Palangkaraya.
Dalam homilinya, Pastor Albert mengajak umat dan semua yang hadir untuk merenungkan sekaligus memikirkan tentang kematian. "Akan datang saatnya bagi kita untuk mati. Akan datang saatnya bagi kita untuk mengucapkan selamat tinggal dunia. Di saat maut menjemput, kita harus pergi dan tak akan pernah kembali.
Di kesempatan lain sebelum Misa Requiem ditutup, Pastor Rolly menyampaikan sambutannya.
"Perjalanan jenazah Pastor Frans dari Tanjung hingga tiba di Banjarmasin sungguh luar biasa; ibarat perjalanan Pastor Frans yang selama ini setia dalam pelayanannya kepada Tuhan dan umat sekalian. Saya melihat kepedulian, harapan dan cinta yang ditunjukkan umat begitu besar bagi almarhum. Terimakasih kepada keluarga dari Pastor Frans yang telah menyerahkan Pastor Frans untuk melayani umat Allah. Kami terkesan juga dengan kehadiran para romo yang merupakan sebuah kolegialitas dengan uskupnya, yang mengalir dalam keluarga besar Keuskupan Banjarmasin."
Tak terasa, hari ini sudah 10 tahun almarhum Pastor Frans pergi. Semoga perjuangan, karya dan dharma bakti almarhum dan para misionaris di Pulau Borneo ini selalu dikenang sekaligus menjadi nyala harapan dan semangat bagi umat Katolik di mana pun mereka berada agar melanjutkan semangat misi ini dalam kehidupan sehari-hari.
Terima kasih pahlawan Misi Meratus, doakan kami yang masih berjuang di dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H