Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menimba Pengalaman Spiritual di Keheningan Taize

28 September 2020   00:43 Diperbarui: 4 Oktober 2020   08:10 1640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Dokumentasi pribadi Sriaty Sovia (istimewa)

Tiga Bulan di Taize

Sriaty Sovia adalah salah seorang remaja yang beruntung boleh menimba pengalaman spiritual dalam keheningan di Desa Taize, Perancis. 

Tentu nama Taize tidak asing lagi terdengar di telinga umat Kristiani pada umumnya. Taize selalu identik dengan alunan musiknya yang khas dan syahdu yang sangat lekat dengan unsur meditatif.

Menurut remaja kelahiran Medan, 2 Mei 1987 silam ini, Desa Taize dapat dicapai melalui Kota Paris dengan menempuh perjalanan selama 5 jam melalui jalan darat atau 1,5 jam dari Bandara Lyon. 

Di desa ini terdapat Komunitas Taize yang terdiri dari 100-an orang bruder, baik Katolik dan dari berbagai latar belakang Protestan, yang datang dari dua puluh lima negara atau lebih. Melalui keberadaannya, komunitas ini merupakan sebuah tanda perdamaian yang nyata di antara umat Kristen yang terpecah belah.

Dari tahun ke tahun, jumlah pengunjung yang datang ke Taize makin bertambah. Pada akhir tahun 1950-an, orang-orang muda berusia antara 17 hingga 30 tahun mulai berdatangan dalam jumlah yang lebih besar. 

Pada tahun 1966 para Suster (biarawati) St. Andreas, sebuah komunitas Katolik internasional yang didirikan tujuh abad yang lalu, datang dan tinggal di desa tetangga. 

Mereka mulai mengambil bagian dalam penyambutan. Kadang kala mereka dibantu oleh para suster dari komunitas yang lainnya. Belakangan, sekelompok kecil suster Ursulin dari Polandia juga datang untuk membantu dalam penyambutan kaum muda.

Selama tiga bulan berada di Taize, Sovia mendapat kesempatan menjadi relawan. "Kami para relawan yang tinggal lebih lama di sana disebut sebagai orang-orang permanen. Para permanen tinggal minimal sebulan hingga setahun. Durasi waktu tinggal akan menentukan asrama mana yang akan kita tempati," kisahnya.

Sumber foto: Dokumentasi pribadi Sriaty Sovia (istimewa)
Sumber foto: Dokumentasi pribadi Sriaty Sovia (istimewa)

Tinggal di N'toumi Bersama Sahabat dari Berbagai Negara

Asrama di Taize dibedakan antara asrama bagi laki-laki dan perempuan. Masing-masing asrama dibagi lagi ke dalam tiga kelompok, yang biasanya berlaku hanya pada musim panas. Di luar musim panas, asrama hanya dibagi ke dalam 2 kelompok saja.

Orang-orang yang tinggal di Taize minimal sebulan selama musim panas akan menempati Madras (bagi perempuan) dan Maison Brule (bagi laki-laki). Bagi mereka yang tinggal kurang dari tiga bulan akan menempati N'toumi (bagi perempuan) dan Tilleul (bagi laki-laki). 

Jenis asrama ini juga dipakai bagi mereka yang tinggal sebulan lamanya di luar musim panas. Sedangkan bagi peziarah yang tinggal di atas tiga bulan, akan menempati Lambarene (bagi perempuan) dan Petite Morada (bagi laki-laki).

"Aku tinggal di N'toumi dengan teman-teman dari berbagai negara," tutur Sovia. Lebih lanjut Sovia berkisah mengenai aktivitasnya selama di Taize. "Kegiatan kami tidak hanya berdoa saja."

"Pada minggu pertama kami mendapatkan tugas untuk melakukan studi Kitab Suci dan menjaga toko. Selanjutnya, kami diberikan tugas yang berbeda setiap minggunya."

Sovia berkisah, tugas-tugas tersebut beraneka macam, misalnya: mengunci asrama, mengurus asrama, membersihkan rumah-rumah para pengujung, membersihkan gereja, memasak, mencuci piring, menyiapkan bahan makanan, hingga membersihkan toilet. 

Setiap orang memiliki minimal dua tugas per hari. Sebagai permanen, Sovia dan teman-temannya harus bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut di lapangan, meskipun dalam prakteknya aneka tugas itu dilakukan bersama-sama dengan para pengunjung. 

"Jadi jika datang ke Taize jangan heran bila kita akan melihat bahwa semua orang mengambil bagian dalam bekerja. Tidak ada istilah pelayan maupun tamu. Semua orang mengambil bagian dalam tugasnya masing-masing," jelasnya panjang lebar.

Menjadi Duta Bangsa di Taize

Kehadiran Sovia ke Taize ternyata bukan hanya untuk menimba pengalaman spiritual saja, melainkan juga memperoleh kesempatan untuk memperkenalkan Indonesia kepada pengunjung lainnya melalui kegiatan workshop. 

Sovia, Topan Putra Chen (Keuskupan Ketapang), dan Cynthia Elizabeth Simbolon (STT Jakarta) menampilkan tarian Batak, mengajari bernyanyi lagu-lagu Indonesia dan menyajikan masakan khas Indonesia dalam workshop tersebut.

Kehadiran para pengunjung dari berbagai bangsa di Taize, menjadikan Sovia memiliki keluarga baru di sana.

"Sekarang jika saya ingin mengunjungi suatu negara, rasanya tidak begitu mengkhawatirkan lagi. Setiap orang akan membukakan pintu bagimu, karena dirimu adalah keluarga barunya. Keluarga yang ditemukan di Taize."

Dari sahabat-sahabatnya yang berasal dari berbagai negara, Sovia mendapatkan satu cerita unik, dimana jika kita memakai kalung Taize di daratan Eropa, pertolongan akan mudah kita dapatkan dari orang-orang yang belum tentu mengenal kita. "Tentu saja yang membantu kita adalah orang-orang yang pernah datang ke Taize," bebernya mengingatkan.

Bagi Sovia, menimba pengalaman spiritual di Taize juga memberikannya tambahan ilmu: mengenal budaya dari berbagai bangsa, bersabar dengan orang-orang yang memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi, menjadi pendengar yang baik, mencintai sesama dan alam disamping mencintai Tuhan, dan belajar mengenal diri sendiri secara lebih mendalam. Hal-hal itulah yang membuat Sovia jatuh cinta pada Taize.

Jadi bila ada kesempatan, tidak ada salahnya kita mengunjungi Taize. Sebuah desa yang ceria, komunitas yang dipenuhi semangat solidaritas, berjumpa dengan banyak orang yang rindu berbagi pengalaman dan ilmu, dan suatu tempat di mana kita dapat mengalami kedekatan yang mendalam dengan Sang Pencipta. (Seperti dituturkan kepada penulis).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun