Asrama di Taize dibedakan antara asrama bagi laki-laki dan perempuan. Masing-masing asrama dibagi lagi ke dalam tiga kelompok, yang biasanya berlaku hanya pada musim panas. Di luar musim panas, asrama hanya dibagi ke dalam 2 kelompok saja.
Orang-orang yang tinggal di Taize minimal sebulan selama musim panas akan menempati Madras (bagi perempuan) dan Maison Brule (bagi laki-laki). Bagi mereka yang tinggal kurang dari tiga bulan akan menempati N'toumi (bagi perempuan) dan Tilleul (bagi laki-laki).Â
Jenis asrama ini juga dipakai bagi mereka yang tinggal sebulan lamanya di luar musim panas. Sedangkan bagi peziarah yang tinggal di atas tiga bulan, akan menempati Lambarene (bagi perempuan) dan Petite Morada (bagi laki-laki).
"Aku tinggal di N'toumi dengan teman-teman dari berbagai negara," tutur Sovia. Lebih lanjut Sovia berkisah mengenai aktivitasnya selama di Taize. "Kegiatan kami tidak hanya berdoa saja."
"Pada minggu pertama kami mendapatkan tugas untuk melakukan studi Kitab Suci dan menjaga toko. Selanjutnya, kami diberikan tugas yang berbeda setiap minggunya."
Sovia berkisah, tugas-tugas tersebut beraneka macam, misalnya: mengunci asrama, mengurus asrama, membersihkan rumah-rumah para pengujung, membersihkan gereja, memasak, mencuci piring, menyiapkan bahan makanan, hingga membersihkan toilet.Â
Setiap orang memiliki minimal dua tugas per hari. Sebagai permanen, Sovia dan teman-temannya harus bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut di lapangan, meskipun dalam prakteknya aneka tugas itu dilakukan bersama-sama dengan para pengunjung.Â
"Jadi jika datang ke Taize jangan heran bila kita akan melihat bahwa semua orang mengambil bagian dalam bekerja. Tidak ada istilah pelayan maupun tamu. Semua orang mengambil bagian dalam tugasnya masing-masing," jelasnya panjang lebar.
Menjadi Duta Bangsa di Taize
Kehadiran Sovia ke Taize ternyata bukan hanya untuk menimba pengalaman spiritual saja, melainkan juga memperoleh kesempatan untuk memperkenalkan Indonesia kepada pengunjung lainnya melalui kegiatan workshop.Â
Sovia, Topan Putra Chen (Keuskupan Ketapang), dan Cynthia Elizabeth Simbolon (STT Jakarta) menampilkan tarian Batak, mengajari bernyanyi lagu-lagu Indonesia dan menyajikan masakan khas Indonesia dalam workshop tersebut.