Meskipun kisah-kisah tersebut sederhana, namun banyak di antara kisah-kisahnya yang dapat dijadikan jawaban bagi banyak pertanyaan yang selama ini muncul mengenai pembelajaran "daring maupun luring" yang tidak habis-habisnya dijadikan bahan diskusi dan perdebatan di beragam platform yang ada.
Dengan arif, Ibu Yayuk pun mampu menjawab tuduhan sebagian orang tua murid yang berprasangka bahwa di masa pandemi seperti sekarang ini, tugas guru "jauh lebih mudah dan lebih ringan" dibandingkan yang terjadi di masa normal.
Mungkin di antara kita pernah membaca ungkapan yang pernah dilontarkan oleh salah satu orang tua siswa yang berbunyi demikian, "Enak ya gurunya ibarat makan gaji buta, padahal sekarang orang tua juga ikut disusahkan akibat pelaksanaan pembelajaran dari rumah.
Otomatis orang tua mengambil alih setengah dari pekerjaan guru di sekolah." Apakah ungkapan di atas sepenuhnya benar?
Dalam kisah-kisah sederhana yang dituturkannya, Ibu Yayuk dalam kesehariannya menempuh beberapa metode pembelajaran yang diharapkan bisa membantu anak didiknya untuk tetap belajar di masa pandemi ini.
Sebagian siswa memang bisa mengikuti pembelajaran secara daring (online); namun bagi siswa yang tidak bisa menempuh cara tersebut, Ibu Yayuk menawarkan alternatif lain yaitu melaksanakan pembelajaran secara luring (luar jaringan).
Lebih lanjut, Ibu Yayuk menjelaskan bahwa kedua metode pembelajaran ini dalam praktiknya jelas akan menuntut waktu yang lebih banyak dibanding mengajar dalam situasi normal. Belum lagi manakala orang tua menuntut adanya inovasi pembelajaran bagi anak-anaknya selama mengikuti pembelajaran dari rumah.
Bila kemauan orang tua siswa diikuti satu per satu, barangkali waktu yang tersedia selama 24 jam tidak akan cukup untuk memenuhinya.
Karena sudah barang tentu orang tua menginginkan agar anaknya dapat mengalami kegiatan pembelajaran "terbaik" yang paling sesuai.
Barangkali situasinya akan berbeda bila penerapan PDR dilaksanakan di sekolah-sekolah swasta yang notabene sebagian besar orang tua siswa berasal dari kalangan menengah ke atas.
Semoga semangat "Merdeka Belajar" yang terus digaungkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ke seluruh persada Indonesia dapat semakin menggema dan bergaung hingga ke pedalaman negeri ini.