Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Pak Ambo, Riska, Buaya Berkalung Ban Hingga Legenda Aji Saka dan Prabu Dewata Cengkar!

22 Juni 2020   03:15 Diperbarui: 22 Juni 2020   03:32 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beragam kisah menyedihkan tersebut seolah-olah hendak mengingatkan kita akan legenda kuno yang begitu erat dengan kehidupan masyarakat Jawa. Legenda yang menceritakan asal-usul Pulau Jawa, kekejaman Prabu Dewata Cengkar, dan perjuangan Aji Saka.

Pada mulanya seluruh Pulau Jawa berada di bawah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan yang dipimpin seorang raja bernama Prabu Dewata Cengkar. Raja ini dikenal sebagai raja yang bengis, kejam, sewenang-wenang, dan suka memangsa rakyatnya sendiri.

Kehadiran Aji Saka kemudian berhasil menyingkirkan Prabu Dewata Cengkar yang terkenal akan kezalimannya. Raja jahat ini pun kemudian berhasil disingkirkan Aji Saka dan didorong hingga terlempar ke Laut Selatan. Di sana Prabu Dewata Cengkar lalu berganti wujud menjadi seekor buaya putih (bajul putih). Pada masa selanjutnya, Aji Saka kemudian menduduki tahta Kerajaan Medang Kamulan.

Barangkali buaya-buaya yang buas dan ganas tersebut adalah titisan Prabu Dewata Cengkar; yang semasa berkuasa di Pulau Jawa, bertindak sesuka hati, bengis, kejam, dan selalu siap menyantap rakyatnya sendiri!

Kisah Pak Ambo dan Anak Angkatnya "Riska"

Baru-baru ini, berita tentang hubungan harmonis antara seekor buaya muara bernama Riska dan Pak Ambo menjadi viral di media. Bahkan konon, nama "Riska" adalah pemberian dari Pak Ambo yang sudah menganggap buaya tersebut sebagai anaknya sendiri.

Seperti dituturkan kompas.com, alkisah 23 tahun silam buaya betina tersebut didapati Pak Ambo tengah membuntuti perahunya yang sedang melaju di muara Sungai Guntung, Bontang, Kalimantan Timur. Pada masa itu Riska masih berukuran satu meter. Sedangkan saat ini ukuran panjang badan Riska sudah mencapai empat meter.

Awalnya Pak Ambo memanggil buaya itu, dan ajaibnya seperti dalam kisah dongeng, Riska mendekat. Pak Ambo pun memberinya makan dan Riska menyambut kasih sayang Pak Ambo itu dengan tanggapan yang baik.

Sejak pertama kali berjumpa, Pak Ambo berkisah bahwa Riska adalah buaya yang jinak. Maka ia pun berani untuk mengelus-elus punggungnya hingga memandikannya. Menurut keyakinan setempat dan sesuai dengan keyakinan orang Sulawesi, keluarga Pak Ambo dipercaya memiliki hubungan istimewa dengan para buaya.

Bahkan saking sayangnya kepada Riska, Pak Ambo tak pernah jemu mengingatkan agar warga di desanya tidak berlaku kasar kepada Riska. Tak jarang para nelayan yang pulang melaut memberikan sedikit ikan hasil tangkapannya untuk Riska. Perhatian warga tak pernah surut, pun ketika Pak Ambo harus pergi merantau selama dua tahun di Kota Samarinda.

Hingga kini, buaya bernama Riska tersebut "hidup berdampingan" dengan warga di sekitar muara Sungai Guntung. Warga sangat familiar dengan keberadaan Riska yang seringkali menampakkan diri. Bahkan ada orang-orang yang sengaja datang ke tempat tersebut untuk melihat secara langsung bagaimana keakraban itu terjalin di antara Pak Ambo, Riska, dan warga setempat. Dan pemandangan tersebut dapat kita saksikan melalui tayangan beberapa video di saluran Youtube dengan kata kunci, "Pak Ambo dan Buaya Riska".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun