Legenda Buaya "Laerisa Kayeli"
Sebuah legenda dari Maluku berkisah tentang seekor buaya raksasa betina bernama "Laerisa Kayeli". Kisah yang dituturkan secara turun-temurun ini begitu populer di kalangan masyarakat yang tinggal di Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease.
Buaya berukuran besar ini diberi julukan demikian sesuai dengan habitat tinggalnya di Sungai Laerisa Kayeli, yang terletak di Pulau Haruku. Menurut kisah yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat setempat, buaya itu seringkali menyediakan punggungnya sebagai "jembatan mini" yang menghantarkan warga masyarakat yang hendak menyeberang sungai.
Dengan sesama binatang lainnya, buaya Laerisa Kayeli dikenal begitu solider. Dia suka menolong dan membela binatang lain yang sedang kesusahan atau ditimpa kemalangan. Buaya itu diakui sebagai penguasa tunggal di wilayah tersebut dan dianugerahi gelar "Raja Sungai Learisa Kayeli."
Apa yang dilakukan buaya "Laerisa Kayeli" hendak mewakili niat baiknya demi menjaga relasi dengan dunia manusia. Manusia dan hewan sudah seyogianya "saling menjaga" relasi satu sama lain, demi menjaga kehidupan bersama agar tercipta  suasana yang damai, tentram, dan harmmonis di Negeri Aman Harukui.
Setiap melakukan jasa baiknya, warga di negeri tersebut selalu memberikan sebuah cincin yang akan dikenakan pada jari-jemari sang buaya. Penghargaan tersebut terbuat dari ijuk yang dianyam sedemikian rupa menyerupai sebuah cincin.
Buaya yang Buas: "Titisan Prabu Dewata Cengkar?"
Jika menilik kembali kisah legenda buaya "Laerisa Kayeli", tentu dalam bayangan kita tercipta konsep relasi indah antara manusia dan buaya. Namun dalam banyak pemberitaan, hewan buaya menjadi salah satu satwa yang menarik perhatian pembaca. Ada buaya yang berhasil ditangkap hidup-hidup oleh warga sekitar dan diserahkan kepada pihak berwajib, seperti yang terjadi di Dusun Nikmat, Desa Sungai Purun Kecil, Mempawah, Kalimantan Barat Seperti dirilis suarakalbar.co.id (29/03/2020).
Sementara itu kompas.id pada 24/04/2020 menyajikan berita tewasnya seorang anak berusia 14 tahun akibat diterkam buaya saat menyeberangi Sungai Poleang di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Bahkan baru-baru ini ada cerita tentang pemuda Ariyanto yang digigit buaya di sebuah kanal di Indragiri Hilir, Riau (15/06/2020). Akibat peristiwa nahas tersebut, Ariyanto harus mendapatkan 40 jahitan di sekujur tubuhnya.
Aneka kisah memilukan yang melibatkan buaya sebagai makhluk buas masih saja dirilis dalam berbagai pemberitaan di Tanah Air. Konon, buaya-buaya itu menjadi "beringas", karena merasa habitatnya diusik oleh manusia. Namun tidak sedikit kita dengar bahwa ternyata buaya juga bisa hidup berdampingan dengan manusia. Bahkan ada yang menganggap buaya itu sebagai "anak kandung"-nya.