Hingga menjelang jagung bakar kami habis, telah muncul lima rombongan pengamen berbeda yang datang mengalir silih berganti. Saat hendak beranjak pergi meninggalkan warung tenda itu, datang serombongan pengamen berikutnya. Kali ini saya sempat minta maaf kepada mereka karena tidak bisa memberi apa-apa, berhubung lembaran uang yang tersisa di kantong jaket saya hanya cukup untuk membayar uang parkir.
Jujur saja, saya dan istri saya malam itu merasa gembira dengan pengalaman makan jagung sembari ditemani 6 rombongan pengamen berbeda yang menyanyi silih berganti. Meskipun apa yang kami berikan mungkin tidak seberapa, namun kami bisa menangkap rasa syukur yang terpancar dari wajah para pengamen tersebut. Connecting happiness terasa menjalari perasaan kami berdua dan keenam rombongan pengamen tadi.
"Senyummu pada wajah saudaramu adalah sedekah, amar makruf dan nahi munkar adalah sedekah, penunjuki orang yang tersesat adalah sedekah, matamu untuk menunjuki orang buta adalah sedekah, membuang batu, duri atau tulang dari jalanan adalah sedekah." (HR. At-Tirmizy)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H