Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Iklan Ramadan Berkesan yang Membuatku Terkesan

6 Mei 2020   18:54 Diperbarui: 6 Mei 2020   18:59 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS


Ada begitu banyak keistimewaan yang berusaha dihadirkan oleh sederet iklan yang tayang spesial di bulan Ramadan. Saya secara pribadi selalu menunggu-nunggu momen ini, karena saya yakin dan percaya akan mendapat suguhan iklan yang berbeda di bulan suci ini.

Jika di hari biasanya iklan kebanyakan berbicara tentang suatu produk; entah itu kualitasnya, harga promonya, pilihan warnanya, negara asalnya, dan lain sebagainya; khusus di bulan Ramadan ada hal-hal berbeda yang akan kita temukan di setiap tayangan iklan yang ada.

Malahan jika saya amati, perusahaan-perusahaan besar seperti PT. Djarum, PT. Pertamina, dan beberapa perusahaan besar lainnya justru memasang iklan yang tidak melulu menonjolkan produknya.

Entah apa yang sebenarnya terjadi di balik fenomena tersebut. Yang pasti, pengamatan saya terhadap beragam iklan dimaksud menunjukkan suatu keunikan yang tidak akan kita temukan di bulan-bulan lainnya sepanjang tahun.

Kalau kemarin saya sempat mengulas lagu berjudul "Kalau Bulan Bisa Ngomong" yang sempat populer di era 2004, maka kali ini saya akan kembali mengajak para pembaca yang budiman untuk kembali ke tahun yang sama. Wah, ada apalagi ya di tahun 2004 silam?

Mengajak Kita Melupakan "Rasa Kecewa di Dada"

Sebuah lagu yang dinyanyikan secara mendayu-dayu dan penuh penghayatan menjadi musik latar iklan Ramadan yang satu ini. Iklan yang diproduksi oleh PT. Djarum ini menjadi salah satu iklan Ramadan yang kala itu sangat berkesan di hati saya. Gaya berceritanya mengalir begitu saja, dengan pesan mendalam yang diusungnya.

Seorang pengendara motor melintas di jalanan. Tiba-tiba sebuah mobil antik bercat merah hati melintas. Rupanya sebagian badan jalanan becek, sehingga tanpa sengaja salah satu ban mobil tersebut memercikkan seonggok lumpur ke wajah sang pengendara motor itu.

Waktu hampir senja dan azan Magrib terdengar berkumandang. Pemuda itu pun segera berhenti dan mengambil botol air mineral bekalnya, kemudian dia minum sembari menikmati beberapa butir buah-buahan yang dibawanya serta. Pemuda itu pun kemudian melanjutkan perjalanannya untuk mencari tempat terdekat agar dapat segera melaksanakan salat Magrib.

Di sebuah rumah joglo sederhana dia berhenti. Rupa-rupanya dia dipertemukan kembali dengan mobil antik berwarna merah hati yang sempat menimbulkan insiden di atas. Dari kejauhan pemuda itu mendapati tiga orang yang tadi dilihatnya sepintas berada di dalam mobil.

Sebelum masuk ke dalam bangunan rumah itu, pemuda tersebut meletakkan motornya. Tak lupa ditaruhnya kotak persediaan buah-buahan di atas stang motor. Pemuda itu pun kemudian  bergegas mengambil air wudhu dan menjalankan salat Magrib dengan khusuk.

Saat dia sedang salat, ketiga orang pengendara mobil antik berwarna merah hati rupa-rupanya telah menyelesaikan aktivitas berbuka puasa di tempat itu. Saat telah menyelesaikan salatnya, pemuda itu hendak bergegas pergi. Dia kecewa karena mendapati kotak persediaan buah-buahan yang diletakkan di atas stang motor kini telah kosong.

Di bagian lain cerita ini dikisahkan pemuda itu kini tiba di halaman sebuah masjid dengan mengenakan baju kemeja berwarna merah hati. Dia bermaksud mengikuti salat Ied yang digelar pagi itu. Alamaaak, lagi-lagi pemuda itu dipertemukan dengan pengemudi mobil antik berwarna merah hati yang pernah mengecewakannya!

Jika saya dan Anda berada di posisi pemuda tersebut, kira-kira apa yang kita rasakan, ya? Apakah kita masih menyimpan rasa kecewa di dada? Meskipun hari ini kita sedang merayakan Hari Kemenangan yang fitri?

Sebagai penonton, kita yang diwakili oleh sosok pemuda tersebut tentu akan mengucap syukur alhamdulilah setelah usai menyaksikan adegan terakhir iklan ini.

Saat masuk ke dalam ruangan masjid, lagi-lagi pemuda itu dipertemukan "tepat di samping" pemuda berperawakan tinggi besar berkemeja kuning keemasan. Pemuda itu sempat melihat sekilas bahwa pemuda berkemeja kuning itu mengambil tisu dan membersihkan area yang akan ditempatinya. Rupa-rupanya di situ terdapat bekas kotoran yang menempel di atas lantai lantai.

Pemuda berbaju merah hati itu sempat melirik sekilas pemuda berbaju kuning di sisinya, yang kini tengah khusuk menjalankan salat. Bayangan demi bayangan pengalaman pahit yang pernah dialaminya muncul. Setelah tercenung sejenak, pemuda berbaju merah hati itu mulai berhasil menepis perasaan kecewa yang pernah mendera hatinya. Dengan cekatan dia pun menggelar sajadah warna merah miliknya di atas hamparan selembar kertas tisu yang kini tampak menutupi bekas noda di lantai itu.

Persis sejurus kemudian, kedua pemuda itu saling bertatap mata, melempar senyum, dan berjabat tangan begitu hangat. Iklan Ramadan 1425 H (2004 M) ini memuat pesan singkat di akhir tayangan, "Jernihkan hati untuk kembali fitri".

Iringan lagu "Perjalanan Ini" yang dinyanyikan Ebiet G. Ade dari awal sampai akhir iklan ini kian membuat pesan iklan ini kuat mencengkeram dalam relung hati dan perasaan para penontonnya.


Kisah Lain Sepuluh Tahun Kemudian

Sepuluh tahun kemudian, pada Ramadan 1435 H (2014 M), PT. Djarum kembali merilis sebuah iklan Ramadan yang hendak mengajarkan makna peribahasa ini, "Kasih anak sepanjang galah, kasih orang tua sepanjang jalan".

Adegan diawali dengan kemunculan seorang karyawati muda yang tampak berbincang dengan 2 orang rekan kerjanya. Saat itu adalah jam pulang kantor, dan seperti biasa, karyawati muda itu sudah ditunggui oleh seorang lelaki tua yang memarkir kendaraannya di salah satu sudut jalan kantor itu.

Saat kedua rekan kerjanya menggajak pergi ke sebuah cafe, karyawati muda itu pun mengiyakan diri dan ikut serta pergi dalam mobil sahabatnya. Sempat karyawati muda itu melihat sekilas lelaki tua di atas sepeda motor yang masih setia menungguinya.

Mobil pun segera melaju dan mereka bertiga akhirnya tiba di sebuah cafe yang dituju. Mereka memesan makanan dan minumannya di sana. Hingga pada suatu ketika, pandangan karyawati muda itu tertuju pada lelaki tua lain yang tengah berteduh di teras cafe.

Hari sedang hujan. Beberapa saat kemudian seorang perempuan muda muncul dan menghampiri lelaki itu. Dengan lembut, lelaki itu mengusap kening anaknya yang agak basah akibat terkena air hujan.

Sekonyong-konyong karyawati muda itu teringat akan sosok yang selama ini diakuinya sebagai "tukang ojek". Sosok tua yang di setiap sore selalu setia menunggui dan menjemputnya sepulang kerja.

Kenangan masa lalunya mun mendadak hadir kembali. Masa di mana dia masih tercatat sebagai salah satu mahasiswi di sebuah universitas. Saat itu, sosok ayahnya adalah orang yang selalu mengantarkannya dengan setia untuk menimba ilmu di kampus itu. Hujan panas tak pernah dihiraukan oleh ayahnya demi kemajuan studi sang buah hati.

Waktu terasa cepat beranjak menuju malam. Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk pulang. Lagi-lagi mobil yang membawa ketiganya melewati jalanan di depan kantor kerja mereka. Tiba-tiba karyawati muda itu minta diturunkan di depan kantor untuk menjumpai lelaki tua.

"Berhenti, berhenti, aku sudah dijemput Ayah," ucap karyawati muda itu dengan suara terbata.

Sontak kedua sahabatnya hanya bisa bergumam tak percaya, "Ayah?". Maka demikianlah, adegan ditutup dengan perjumpaan di antara ayah dan anak itu. Mereka tampak bercakap-cakap begitu akrab satu sama lain.

Dan di bagian akhir iklan tertulis sebuah pesan yang bermakna begitu dalam, "Jalan menuju kemenangan diawali dengan kebesaran hati".

Dari Iklan Kita Belajar Menjadi Manusia yang Kembali Fitri

Tak dapat disangkal bahwa beragam tayangan iklan di bulan Ramadan, sebagian diantaranya memang bermuatan positif dan hendak menuntun para penontonnya agar sama-sama kembali pada hakikat kemanusiaannya.

Iklan adalah sebuah karya seni yang dibuat melalui proses yang panjang dan tidak sedikit yang melibatkan banyak orang dan banyak pemikiran di dalamnya. Meskipun durasinya hanya sekitar satu sampai dua menit, namun banyak pesan berharga yang ingin disampaikan melalui iklan itu.

Para pembuat konten iklan adalah para pekerja seni yang bekerja dari hati sesuai dengan pesanan perusahaan, lembaga, atau perseorangan yang menginginkan iklan itu dibuat. Hingga kini, keberadaan iklan untuk tujuan pemasaran (marketing) masih terbilang efektif demi mendongkrak popularitas dan hasil penjualan aneka produk yang ditawarkan.

Iklan yang berkualitas biasannya dibuat oleh pribadi-pribadi yang mempunyai ide berkualitas pula. Kepiawaian seorang sutradara iklan, akan sangat menentukan hasil karyanya yang nanti akan tayang dan dinikmati oleh masyarakat luas.

Khusus untuk tayangan iklan di bulan Ramadan, para kreatornya tentu berusaha menterjemahkan beragam nilai kearifan dan budaya kebaikan yang hidup dan berkembang di masyarakat kita.

Tentu tidak mudah menghasilkan tayangan iklan dengan durasi yang relatif singkat, namun bertujuan mengajak para penontonnya agar sama-sama menyadari dan kembali kepada fitrahnya sebagai manusia yang suci.

Banyak iklan yang dihasilkan begitu ciamik, tanpa terkesan menggurui. Kisah-kisah sederhana yang dikemas begitu cantik dan rupawan, hingga terkadang berhasil menghipnotis para penontonnya sehingga sempat melupakan bahwa tayangan itu adalah "iklan"!

Iklan-iklan di bulan Ramadan yang berkualitas selalu akan ditunggu oleh masyarakat luas di setiap tahunnya. Dari iklan ternyata kita juga bisa belajar, belajar untuk kembali menyadari kemanusiaan kita yang harus selalu ingat kepada Khalik-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun