Harga Normal, Kebutuhan di Atas Normal
Pada pekan ketiga bulan Maret 2020 kemarin, harga sejumlah bahan pokok di beberapa pasar tradisional di Banjarmasin dilaporkan mengalami kenaikan. Misalnya saja di Pasar Teluk Dalam, harga bawang merah dikisaran Rp35.000,- per kilogram, sedangkan harga bawang putih dan bawang bombay mengalami kenaikan menjadi Rp45.000,- per kilonya.
Sedangkan harga beras secara umum masih stabil. Bila petani belum panen atau mengalami gagal panen, maka stok beras di pasaran akan menjadi langka, sehingga akan memicu kenaikan harga di mana-mana. Karena stok beras saat ini aman, maka harganya pun relatif bertahan sesuai dengan jenisnya.
Sementara itu harga gula pasar per kilogram yang biasanya berada dikisaran 12 ribu sampai 13 ribu rupiah, kini mengalami kenaikan hingga 18 ribu sampai 19 ribu rupiah. Hal tersebut disebabkan oleh kelangkaan stok gula pasir yang berasal dari Cina, akibat pembatasan impor.
Saya pribadi berusaha menikmati kenaikan harga beberapa bahan pangan tersebut. Satu biji bawang bombay yang semula harganya rata-rata Rp.2.000,- ukuran sedang, kini harus saya beli dengan harga lima ribu rupiah. Konon berdasarkan cerita yang sering saya dengar, jenis bawang bombay ini juga diimpor dari Negeri Tirai Bambu.
Untuk harga daging ayam masih stabil rata-rata 19 ribu rupiah setengah ekornya. Saya jarang membeli ayam satu ekor utuh, karena keluarga saya hanya keluarga kecil. Karena belum memiliki lemari pendingin, maka saya biasanya berbelanja kebutuhan sayur dan daging untuk keperluan sehari saja. Keesokan harinya saya akan kembali belanja untuk memenuhi kebutuhan dapur hari itu. Mengenai harga bumbu dapur dalam kemasan sachet, justru harganya tidak mengalami kenaikan sepeser pun.
Meski harga kebutuhan pangan di Banjarmasin relatif normal secara umum, namun kebutuhan keluarga saya selama masa pandemi ini justru di atas normal. Karena ada beberapa kebutuhan yang dulu sifatnya hanya sekunder saja, kini beralih peran menjadi kebutuhan pokok.
Sebut saja masker, hand sanitizer, dan cairan desinfektan. Sejak PSBB diberlakukan di Kota Banjarmasin, maka warga diimbau untuk mengenakan masker kemana-mana. Dulu sebelum ada pandemi corona, saya pribadi jarang sekali memakai masker kemana-mana, kecuali istri yang memang lebih rajin memakai masker, mungkin juga karena sudah terbiasa menjalankan aktivitasnya sebagai tenaga medis di rumah sakit.
Demikian juga pemakaian hand sannitizer. Sejak kami berdua pacaran dahulu, istri sayalah yang paling rajin membawa cairan pencuci tangan ini kemana-mana. Menurut kisahnya, beberapa orang sahabat terkadang mentertawainya, karena pada masa itu memang kebiasaan unik ini masih jarang sekali dilakukan orang kebanyakan. Namun sejak pandemi corona banyak orang beramai-ramai membawa hand sanitizer kemana-mana.
Hal serupa juga terjadi pada cairan desinfektan yang menjadi salah satu barang langka dan mahal di Kota Banjarmasin. Sebelum terjadi pandemi, nyaris saya sekeluarga tidak pernah memakai cairan desinfektan ini. Karena situasinya yang mengkhawatirkan, akhirnya saya "terpaksa" membelinya demi memberikan rasa aman.
Ketiga kebutuhan tersebut pada masa sekarang ini akhirnya ikut mengisi kebutuhan pokok keluarga kami yang wajib dibeli. Berapa pun harganya di pasaran, kami tetap berusaha membelinya untuk memproteksi keluarga kami saat berada di luar rumah. Dan kebutuhan pokok lainnya yang harus kami penuhi adalah kuota internet, mengingat saya sendiri diwajibkan selama empat hari bekerja di rumah (Work From Home), sedangkan satu hari diharuskan pergi ke kantor untuk bekerja sekaligus menyerahkan laporan kegiatan harian yang dilakukan.