*Mengubur Mimpi di Natal yang Ku Nanti*
Desember menjadi bulan yang paling dinanti
Bau Cemara, rintik hujan, serta gemerlap lampu di tiap sudut kota maupun pertokoan
Tak ketinggalan kidung Natal berkumandang dari radio, televisi, gedung pertemuan, mall, atau toko - toko kecil penjual kebutuhan pokok
Luapan bahagia nampak
Dari garis tiap senyuman
Ah... Natal telah tiba
Simbolnya ada di mana - mana
Sadar atau tidak, semua orang ikut merasakan suasana syahdu yang selalu diusungnya
Kuhirup dalam-dalam aroma Cemara yang menusuk hidungku
Berebut bersama aroma tanah basah tersentuh hujan
Natal tahun ini benar-benar beda
Netraku tak menangkap sinyal keriuhan yang biasanya tersaji di gedung gereja
Tak kudengar paduan suara
Tak kusaksikan kesibukan orang - orang dalam persiapan akhir di puncak acara
Hanya Kerlip lampu tumbler yang sengaja terjajar di dalam dan di luar gedung
Sunyi.... sepi....kosong..
Megahnyapun seolah menjadi saksi dari kesunyian panjang di natal kali ini
Aku berdiri di ujung jalang sebuah gereja tua
Masih kurasakan dinginnya malam serta rintik hujan menyentuh kulit tipisku
Hari yang kunantikan, kuimpikan, mendadak harus ku kubur bersama kenangan masa kecilku menyambut natal di bawah guyuran hujan ditemani suara kodok dan jangkerik bersahutan
Kidungnya ku rindu
Nelangsa tercipta di  kesunyian malam
Sepi....
Tolong kembalikan suasana Natal di ceruk penantian ku
Seperti Natal di masa kecilku..
Malang..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H