"Learning without thinking is useless, but thinking without learning is very dangerous!" itu adalah kalimat terakhir Bung Karno yang saya baca saat membaca buku Dibawah Bendera Revolusi jilid pertama tepat disaat gawai saya berbunyi tanda adanya pesan masuk.
Pesan yang saya terima berbunyi singkat dan padat, dengan menyertakan lampiran satu halaman artikel dari salah satu surat kabar digital terbitan hari Sabtu, 13 Juni 2020 yang lalu.
"your comment please", begitu pesan yang saya terima.
Di tengah halaman surat kabar terpampang judul artikel "STRATEGI MICE BERGANTI" dengan sub judul Pelaku industri meeting, incentive, convention and exhibition (MICE) di Tanah Air berancang-ancang menghadapi tahapan reopening ekonomi, setelah terpukul akibat pandemi Covid-19.
Jujur, artikelnya biasa saja. Isinya memberitakan tentang harapan dari sebagian kecil pelaku industri MICE terkait dengan apa yang akan mereka lakukan saat pandemi Covid-19 ini berlalu.
Namun yang menggelitik saya justru apa yang ditulis pada akhir artikel. Artikel ini ditutup oleh pernyataan Direktur MICE Kemenparekraf yang menyatakan bahwa pihaknya akan memprioritaskan MICE dalam negeri dan mendorong industri melalui pasar domestik.
Entah karena keterbatasan kolom, atau keterbatasan informasi seolah pernyataan tersebut hanyalah satu pernyataan normatif belaka, dan menurut saya, belum terlihat pernyataan yang jelas bagaimana mereka akan mewujudkan hal ini.
Yang paling menarik minat saya adalah justru infografis pada sisi bawah artikel yang mencantumkan hasil dari riset yang dilakukan oleh ICCA (International Congress and Convention Association) pada bulan Mei, yang diterbitkan pada 4 Juni 2020 yang lalu.
Dimana ditampilkan informasi bahwa: Â
- 84% responden berniat memasukkan elemen hibrida (pertemuan virtual & fisik) dan digital ke acara mereka.
- 66% responden percaya Covid-19 pada dasarnya akan mengubah cara mereka beroperasi di masa depan.
- 60% responden percaya bahwa ada batasan keberhasilan acara virtual jika dibandingkan dengan tatap muka.
- Acara sedang ditinjau oleh 47% dari asosiasi, sementara 43% sedang meninjau proposisi digital dan 42% model keanggotaan mereka.
- 28% mengatakan rotasi geografis sedang ditinjau dan kemungkinan akan berubah di masa depan.
Singkatnya, dari riset tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang adalah pemain MICE di kancah global beranggapan bahwa mereka harus merubah cara mereka beroperasi di masa depan, termasuk kemungkinan memasukkan elemen hibrida ke dalam acara mereka.