Industri MICE di Indonesia
Sebenarnya  industri MICE di Indonesia tidak bisa dikatakan kecil. Mengacu pada informasi yang diterbitkan oleh Event Industry Council pada akhir tahun 2018, industri MICE di Indonesia berada di urutan ke-17 dunia. Ini bahkan melebihi peringkat Thailand yang berada di posisi 22 dan Singapura yang berada di posisi 25. Â
Industri MICE Indonesia juga turut berkontribusi terhadap GDP secara direct sebesar 3,9 Milyar dollar dan 7,8 Milyar dollar jika ditinjau secara totalitas. Lebih jauh, industri MICE di Indonesia terbukti mampu memberikan kesempatan erja secara direct kepada 104 ribu orang dan total berimplikasi terhadap 278 ribu orang.
Dampak Covi-19 terhadap Industri MICE di Indonesia
Pandemi covid-19 jelas amat berdampak pada industri MICE. Bagaimana tidak, berdasarkan data yang diterbitkan oleh IVENDO dalam Survei Dampak Wabah Covid-19 terhadap industri event di Indonesia menunjukkan bahwa pandemi ini berdampak pada 96,4% penundaan dan 84,8% pembatalan event sampai akhir 2020 di 17 provinsi. Kondisi ini berakibat pada potential loss sebesar 2,7 - 6,9 triliun rupiah yang harus ditanggung oleh 1218 organizers di seluruh Indonesia.
Kerugian ini secara langsung amat dirasakan oleh 90,000 orang pekerja industri MICE di Indonesia.
Namun yang menarik adalah bahwa mayoritas pelaku industri MICE di Indonesia ini pada dasarnya adalah UMKM. Hal ini bisa kita lihat pada persentase events yang ada di Indonesia, dimana total omzet kotor per event:
- Rp 10-50 juta = 33,9% events
- Rp 51-150 juta = 25% events
- Rp 151-300 juta = 20,5% events
- Rp 301-600 juta = 7,1% events
- Rp601 - 1,2M = 10,7% events
- Rp1,2M -- up = 2,7% events
Artinya, pelaku industri MICE di Indonesia yang paling dirugikan dari pandemi covid-19 kebanyakan adalah mereka-mereka yang merupakan UMKM. Oleh karena itu, seyogianya perhatian dari pemerintah lebih difokuskan kepada para UMKM praktisi MICE Indonesia.
Strategi wisata MICE di Indonesia post covid-19
Banyak ide dan gagasan terkait bagaimana seharusnya strategi recovery industri MICE di Indonesia. Sayangnya, kebanyakan pihak yang dimintai pendapat umumnya adalah pelaku industri non-UMKM. Seolah, pelaku industri MICE dari UMKM ini termarjinalkan, walau faktanya mereka adalah mayoritas penggerak industri MICE di Indonesia.
Beberapa ide-ide yang beredar diantaranya adalah: memberlakukan virtual events, hybrid events, pengembangan platform digital events, dan hal-hal lain terkait dengan adopsi teknologi baru.