Mohon tunggu...
Agung Yoga Asmoro
Agung Yoga Asmoro Mohon Tunggu... Dosen - Conquer yourself rather than the world

Aku tidak peduli diberi kesusahan atau kesenangan, karena aku tidak tahu mana yang lebih baik dari keduanya, agar aku dapat lebih bertakwa kepada Allah

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Penglipuran, Kearifan Leluhur dan Mempertahankan Tradisi untuk Masa Depan yang Lebih Baik

15 Juni 2020   13:15 Diperbarui: 15 Juni 2020   13:24 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, Penglipuran juga telah mengimplementasikan pengolahan sampah organik mandiri. Sampah organik seperti daun dan rerumputan dan sampah rumah tangga diolah untuk dijadikan pupuk organik untuk pertanian dimana mayoritas masyarakat Penglipuran berprofesi ganda, baik sebagai petani sekaligus juga pelaku pariwisata.

Keseluruhan kegiatan wisata di Penglipuran diatur oleh organisasi pengelola Desa Wisata Penglipuran yang merupakan organisasi di bawah naungan prajuru adat yang bertanggung jawab penuh kepada desa adat. Organisasi ini dibentuk dari kelompok sadar wisata yang beranggotakan warga Desa Penglipuran dimana keberadaan dari kelompok ini sudah ada sebelum terbentuknya organisasi pengelola desa wisata. 

Peran organisasi ini adalah mengumpulkan ide-ide dari masyarakat melalui rapat-rapat desa, mulai dari perencanaan, pengelolaan dan pengaturan segala sesuatu yang berkaitan dengan pengembangan desa wisata.

Pengelolaan Penglipuran melibatkan masyarakat setempat sebagai tenaga kerja baik sebagai pengelola, petugas kebersihan maupun tenaga kerja untuk pembangunan infrastruktur pendukung. 

Seiring jumlah kunjungan wisatawan yang mencapai 200,000 pertahunnya, pemasukan dari penjualan tiket sebesar Rp4 milyar, yang mana sebesar 40% masuk ke kas pengelola. Dana tersebut digunakan untuk biaya operasional termasuk menggaji personel yang bertugas, seperti front office, penjual tiket, keamanan, tukang parkir, petugas kebersihan dan lainnya. 

Demikian pula pada saat pembangunan ataupun perbaikan fasilitas akomodasi untuk mendukung sarana dan prasarana pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah daerah, seperti pengaspalan jalan ataupun perbaikan jalan pada area parkir dan konstruksi fisik untuk perbaikan pura, renovasi balai pertemuan, dan lainnya dimana dalam pembangunan tersebut lebih mengutamakan pekerja dari warga setempat, terutama dari warga yang kurang mampu dengan besaran upah di atas gaji minimal masyarakat Bali.

Dengan ini semua, masyarakat Penglipuran mampu menatap masa depan dengan sikap yang lebih tenang, di tengah-tengah modernitas yang begitu merajalela pada dunia pariwisata. Ternyata kebijaksanaan nilai-nilai warisan leluhur, budaya klasik peninggalan nenek moyang yang tertuang dengan jelas pada visi desa Penglipuran dan dijalankan secara disiplin terbukti amat relevan mempersiapkan Penglipuran menapaki masa depan yang lebih sustainable.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun