Dampak kebakaran dan kabut asap juga mengakibatkan kerugian ekonomi hingga triliunan rupiah. Kajian Center for International Forestry Research menyatakan kebakaran hutan dan lahan gambut 1997/1998 yang mengakibatkan degradasi hutan dan deforestasi menelan biaya ekonomi sekitar 1,62-2,7 miliar dolar AS. Biaya akibat pencemaran kabut asap sekitar 674-799 juta dollar AS. Adapun valuasi biaya yang terkait dengan emisi karbon menunjukkan kemungkinan biaya mencapai 2,8 milar dolar AS.
Tahun ini, semua dampak kebakaran serta kabut asap tersebut masih berpotensi terjadi di sejumlah provinsi yang kerap mengalami bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan 10 provinsi yang menjadi langganan kebakaran, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimatan Timur dan Kalimantan Utara.
“Paling parah setiap tahun adalah Riau, Jambi, Sumsel, kalbar, Kalteng dan Kalsel,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, belum lama ini.
Belajar dari bencana ekstrem 18 tahun yang lalu, sepandai-pandainya manusia tak kuasa mengerem fenomena menguatnya El Nino, tapi kesiapan metode dan teknologi yang lebih baik tentunya akan bisa mereduksi, bahkan menghilangkan dampak dari kebakaran hutan. Bukan sebaliknya fokus pada pemadaman setelah hutan terbakar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H