Sulitnya cari pekerjaan membuat jungkir balik pikiran kita. Termasuk dalam cara mencarinya.
Pikiran sederhana yang  Penting kerja.
Pernah kualami kala itu. Pengalaman yang ada saat tahun 90-an. Tahun yang sibuk cari kerjaan kemana-mana.
Dan mubeng sampai luar Jawa. Hal ini tak lain  demi cari kerja sesuai profesi. Hasilnya masih nihil. Sayang masih mentok belum ketemu jalan keluar.Â
Tetap jalankan usaha cari kerj dengan sungguh-sungguh.
Padahal sudah punya ijazah. Dan daripada pusing cukuplah kerja yang halal. Walau ijazah tak sesuai.Â
Kerja di beberapa tempat tetap menjadi masalah. Karena ini atau itulah pokoknya serba salah.
 Ada solusi. Hingga buka warung kecil-kecilan. Dan hidup di pasar. Seharian disini hingga 5 tahun berlalu.Â
Sambil menunggu ada pengumuman lowongan kerja yang sesuai dengan latar belakang pendidikan. Tetap terus bekerja. Walau tampak canggung dan unik.
Tetap melakukan kerja sesuai latar belakang ilmu. Sambil menunggu momen lowongan kerjaanÂ
Karena kerja adalah sebuah nasib. Upaya untuk bisa kerja itu tetap tertempel di dada. . Pinginnya jadi pegawai negeri atau tenaga tetap.
Kerja itu nasib yang tetap saja menjadi misteri belum terkuak. Niat hati penting punya penghasilan. Biar cukup buat beli kebutuhan sendiri. Alias belum bisa buat menanggung keluarga.Â
Tak terasa kerjaan yang diulang dalam waktu lama menjadi kebiasaan. Sehingga mampu menjadi sumber kehidupan . Bolak -baliknya seseorang demi bisa meraih cita.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H