Kampungku bumi kecilku. Disinilah masa indah bersama keluarga, teman sahabat dan aktifitas berkesan tumbuh subur.
Tentang kampungku kala itu belum seramai kini. Serba manual. Lampu penerangan dari sentir, petromax. Komunikasi jarak jauh lewat kentongan. Dan kini jadi hp. Naik bajak kerbau adalah asyik. Ikut menggembala kerbau dan Ngarit. Bermain ke sawah. Wow kini jadi kenangan indah. Dan kini bedaÂ
Ini di kampungku Planggu Klaten. Sejalan waktu sudah berubah. Empat dasa Warsa berevolusi dan kini jadi beda. Bajak kerbau diganti traktor. Kentongan menjadi hp. Wow beda.
Kampungku dan kenangan indah yang kutuliskan di hati. Kujadikan prasasti yang tak kulupakan. Kampung kenangan yang selalu kurindukan. Ada jejak kaki yang masih jelas terlihat nyata.Â
Kala anakku pada kesini selalu kubacakan surat itu. "Aku dulu main mbek- mbekan disini ,Nak!"
Mirip gulat. Dan permainan ini tak akan usai atau mengakui kalah bila belum bilang,"mbek!"
Mereka ajar sportif. Dan mengakui keunggulan lawan.
Eraku oleh anakku menyebut era pasca kolonial. Tak apa itu eraku yang terkenal. Juga terkenang.Â
Kampungku mengajarkan nilai luhur. Seni shalawatan, gotong royong masih kental. Hingga era milenial.
Kampungku tetap jadi pijakan yang menelorkan para pejuang. Mereka menyebar ke berbagai penjuru layaknya burung yang menangkap makan. Berburu rezeki ke pelosok negeri. Â Mereka akan berkumpul kala lebaran. Dan mengulang kenangan itu.