Buka puasa hari  pertama sungguh bahagia. Tampak senang dengan adanya suguhan menarik. Es berkah.
Tak ketinggalan aku perhatikan pada diri anakku.
Melihat usia anak yang masuk usia remaja awal. Sebuah perjuangan menahan haus dan lapar. Seperti terbelenggu. Begitu masuk waktu buka langsung gas.Â
Layaknya tertimpa cuan dari langit. Begitu terbukanya waktu santap buka. "Alhamdulillah akhirnya bisa masuk finish pada hari ini." Anak itu merasa mendapat kebahagiaan tersendiri.
Masuk rumah sudah tersedia menu buka. Semangat melahap kian tampak nyata. Seakan mau dilahap semua. Semuanya yang diatas meja. Pasalnya semua bahan makanan sudah disediakan. "Akan kulahab!" Tekadnya.
"Sabarlah nak! Nanti bila kebanyakan akan menyulitkan saat ruku'kala shalat tarawih nanti."instruksi dari ibunya tak didengar.
Anak itu tetap semangat melahap. Baru kaget setelah menelan es buah. Wadew kenyang! Sambil memegang perutnya yang telah tersisi.
Rupanya tadi kosong dan begitu masuk azan Magrib langsung sergap.
Alhamdulillah akhirnya bisa dijadikan pilihan untuk mengisi perut kosong. Dan kini terisi penuh. Merasakan sensasi kesegaran es berkah.Â
"Besuk dibuatkan lagi,Bu!"Anak itu merasa mendapat kebahagiaan tersendiri. Ada tumbal baliknya kala ikut berpuasa seperti lainnya.
Sore itu anakku bahagia dan merasakan banyaknya berkah yang tercurah dari langit. Semua serentak di semua penjuru untuk berbuka. Kala komando azan bergema. Serbu dan sergap dengan segera.
Indahnya sebuah kebersamaan yang dilakukan hanya berharap pada ridho Tuhan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H