Penyelundup tak hanya narkoba. Pakaian bekas import juga bisa. Ternyata kini baru ramai dihebohkan dan dalam penanganan khusus.
Hingga harus melibatkan beberapa instansi terkait. Polri, dinas perdagangan dan bea cukai. Mereka bersinergi untuk lawan penyelundup pakaian bekas import itu.Â
Hal ini serius dan tak baen-baen. Instruksi presiden langsung untuk usut kasus ini.Â
Matilah tekstil lokal kita. Seperti bencana tahun 1998 yang melanda per kita. Ini  benar'tercekik.Â
Kalau dulu kena gempuran harga dolar melejit. Sehingga beli bahan yang mahal dan tak bisa produksi. Kini kena goncangan importir pakaian bekas. Wow sudah 15 tahun kini terserang lagi.Â
Layaknya lato-lato yang suka mainkan dengan berbenturan. Dan yang senang dan untung bagi yang bermain peran.Â
 Lincahnya penyelundup itu yang pingin untung besar. Pandai melihat'celah. Sudah main dengan cara lihai. Tak hiraukan kaidah yang berlaku. Penghancuran secara nyata.
Upaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi kita agar berlangsung lestari. Padahal serangan dengan impor sedemikian sudah membuat tekstil kita terengah.Â
Tak beda juga ada kasus yang dialami oleh pabrik sarung tangan di Gunung kidul.
Itu tampak terasa dialami para karyawan sebuah pabrik sarung tangan. Yang kini mereka pada keluar. Karena kerjanya pabrik tinggal tiga hari. Dak upahnya jelas tak sepadan dengan jernih payah.
Padahal pabrik itu harapannya bisa jadi lahan kerja masyarakat sekitar.Â
Ekonomi global yang semakin ugal-ugalan. Yang jadi kurban selaku masyarakat kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H