"Untung tak cangking, Pak! Sehingga tak terbawa kesana!"
Ternyata dari mereka ada yang menggerutu. Ada dua alamat yang ada di paket itu. Kecamatan Semanu dan Ngawe jelas jauhnya. Ada 20-an KM lumayan. Mas penganatar itu dibuat bingung.
"Besuk lagi mbok kasih ancer-ancer  rumah yang dekat warnet! Gitu!"
"Oke!"
Aku yha kaget. Ternyata ada dua lamat yan beda kecamatannya. Makanya dari empat paket itu sampainya malah bergiliran. Mbanyu mili.
Pertama karena ukurannya yang kekecilan dan dikirim lagi. Berikut yang dikasih yang anak laki-laki terus yang perempuan minta. Yang satu sarung dan mukena.
"Kasihan Om-mu nak! Dia di sana kena pandemic korona jangan dibuat sengsara!" aku menyarankan.
"Tak apa-apa, Pak! Setahun sekali saja!" masih ngeyel anak ini.
Lebaran dari dulu identik dengan barang baru masih berlaku. Kini meski dalam musim pandemic tetap saja demikian. Padahal nantinya saat lebaran di rumah saja. Tak ada lagi kunjungan dari rumah ke rumah saudara dan tetangga.
"Uang pitrah juga tersendat!" kata anak itu.
Karena telah membaca apa yang bakal terjadi. Karena berita itu selalu diakses dengan cepatnya.