Bagi penggowes  medan ekstrim jadi incaran. Apalagi soal jalur yang masih  alami. Itu kata pegowes sahabatku yang punya klub GSP. Gowes Sabtu pagi nama yang dipakai klub para bapak tengah umur itu. Sebenarnya namanya bukan itu namun karena kegiatannya tiap Sabtu akhirnya kesimpulan namanya demikian saja.
Kebanyakan mereka yang gemar bersepeda hanya keliling jalan-jalan  dan terus makan-makan. Klub ini beda sekali. Lha rutenyapun berganti-ganti. Bahkan waktunyapun juga diubah-ubah tidah pakem pagi. Hingga ada yang menyebut Gowes Sabtu Gila. Setiap saat berubah sesuai dengan keinginan saat itu. Uniknya para anggota yang berjumlah 15 orang itu tetap kompak.
Agenda sebulan sekali mesti keluar kota. Maksudnya rutenya lebih jauh dan menantang. Namun juga perlu penyapu ranjau. Ia bertugas mengamankan anggota yang putus di jalan. Soalnya medan itu di luar rute saben minggunya. Jelas banyak yang gugur di perjalanan. Oleh sebab itu biasanya menyewa tim sapu kawat.
Tetap saja tak ada kapoknya. Pernah nekat tanpa sapu kawat. Melaju di malam hari menuju Pantai Baron. Jarak yang cukup lumayan 100 kilo. Modal awak waras dan sepeda juga fit. Spontan acara itu langsung di setujui anggota. Mereka hanya terbakar semangat yang demikian gila. Karena mereka latihannnya angkat junjung kayu. Paling tidak ada modal kemampuan fisik.
Bearanggota banyak dari tim angkat junjung. Mengangkat kayu ke truk. Atau memotong kayu yang akan disetorke juragan. Atau menyiapkan kayu bakaruntuk tobong genteng. Mereka pada gerak memenuhi kebutuhan dapur. Tak nyaman sebelum mendapatkan hasil. Seharian mengangkat junjung kayu. Baru setelah waktu sore masih tetap ngangkut untuk dibawa ke pangkalan. Tak jos sebelum lalui tanjakan ini.Â
Mitos yang ada
Tanjakan yang ada ini bila terjadi kecelakaan dan korban terpental kearah selatan makan dipastikan akan aman. Bila sebaliknya kebanyakan mengalami kehancuran bahkan tak tertolong lagi. Hal ini sebagaimana tetua desa Jantir yang menuturkan.
Lik Mujimin yang sering menjumpai kejadian aneh. Bahkan sering dijumpai makhluk aneh dengan rambut apinya. Menyala layaknya obor uyang melewati tanjakan itu. Seiring pelebaran jalan mitos tetap saja masih melekat di benak para penduduk. Apalagi para sesepuh yang ada di sekitar tanjak ini.
Beberapa korban kebanyakan adalah truk pembawa muatan genteng, kayu dan material bangunan. Kebanyakan dari mereka tak faham atau belum mengenal dengan baik tanjakan ini. Saat mengatur gigi persnelingnya. Atau bahkan remnya jebol atau njeplos sehingga bablas meluncurke jurang.
sehingga disarankan hati-hati dan cek kondisi kendaraan.Â
Tugu Perbatasan