Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Diabetes dan Metabolisme

15 Desember 2024   13:30 Diperbarui: 15 Desember 2024   13:30 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diabet dan insulin. Sumber: https://pixabay.com/id/vectors/diabetes-obat-obatan-uji-dunia-6728917/

Kemarin, saya duduk dengan seorang teman di sebuah kedai kopi. Dia memesan segelas kopi susu gula aren dan setumpuk donat dengan topping warna-warni. Sambil bercanda, dia bilang, "Aku tahu ini nggak sehat, tapi gimana ya, susah banget ngontrol craving!"

Saya hanya tersenyum kecil, meski hati saya ingin teriak, "Kamu tahu nggak ini tuh kayak nyiram api dengan bensin kalau kamu ada risiko diabetes!" Tapi saya tahan. Saya tahu ini bukan tempatnya untuk ceramah panjang lebar soal wellness saat itu.

Namun, obrolan santai itu bikin saya teringat banyaknya orang yang tanpa sadar merusak tubuh mereka sendiri karena pola makan.

Saya bukan dokter, ya, jadi saya tidak akan bicara soal diagnosis atau pengobatan teknis. Sebagai wellness coach, saya lebih suka mengajak orang berpikir tentang kenapa tubuh mereka bisa "mogok" dan bagaimana memperbaiki itu, terutama kalau sudah ada sinyal-sinyal ketidakberesan fungsi tubuh.

Bagaimana Sebenarnya Metabolisme dan Usus Bekerja?

Oke, coba bayangkan usus itu seperti dapur utama tubuh kita. Segala sesuatu yang kita makan, mulai dari roti, nasi, gula, sampai donat warna-warni tadi, masuk ke dapur ini untuk diolah. Nah, dapur ini harus bekerja ekstra keras kalau bahan yang masuk adalah karbohidrat olahan dan gula.

Ketika kita makan makanan tinggi karbohidrat atau gula, tubuh memecahnya menjadi glukosa, yang kemudian diserap oleh usus dan masuk ke aliran darah. Glukosa ini penting, karena dia bahan bakar utama tubuh kita. Tapi, kalau terlalu banyak? Masalah mulai muncul. Itu seperti menyuruh dapur masak terus tanpa henti, sampai akhirnya semua alat dapur rusak karena terlalu sering dipakai. Dalam hal ini, usus dan organ lain mulai "kewalahan" dan tidak bisa bekerja optimal.

Selain itu, usus juga memengaruhi bagaimana tubuh kita menyerap nutrisi lain, mengatur kadar hormon, dan menjaga bakteri baik. Kalau kita terus-terusan membombardirnya dengan makanan buruk, metabolisme tubuh jadi kacau. Ketidakseimbangan ini adalah salah satu penyebab utama diabetes.

Insulin: Sang Pengatur Glukosa

Nah, sekarang kita ngomongin insulin. Insulin itu seperti "kunci" yang membuka pintu sel tubuh kita supaya glukosa dari darah bisa masuk dan digunakan sebagai energi. Setelah makan, pankreas memproduksi insulin untuk membantu proses ini.

Tapi coba bayangkan kalau kita makan terlalu banyak karbohidrat atau gula setiap waktu. Tubuh kita akan terus-terusan menghasilkan insulin untuk menangani lonjakan glukosa darah. Lama-lama, sel tubuh kita jadi "kebal" terhadap insulin. Ini yang disebut resistensi insulin. Jadi meskipun insulin diproduksi, glukosa tetap tidak bisa masuk ke sel, dan akhirnya menumpuk di aliran darah. Ini awal mula diabetes tipe 2.

Kalau tubuh terus-menerus berada dalam kondisi seperti ini, pankreas kita akhirnya "lelah" dan tidak bisa memproduksi insulin dengan cukup. Di titik ini, kadar gula darah tidak terkontrol lagi, dan inilah yang sering kita kenal sebagai diabetes.

Salah satu pemicu utama resistensi insulin adalah kebiasaan makan karbohidrat olahan dan gula berlebih. Saya sering bilang ke peserta metabolic boot camp, "Bayangkan tubuhmu seperti mobil. Kalau kamu terus-terusan isi bensin kualitas rendah, mesin mobil pasti lama-lama rusak." Karbohidrat olahan itu seperti bensin murah yang tidak hanya merusak tubuh, tapi juga membuat performa metabolisme menurun drastis.

Misalnya, ketika kita makan sepiring nasi, sepotong roti putih, atau minum minuman manis, kadar gula darah kita langsung melonjak. Tubuh merespons dengan melepaskan insulin dalam jumlah besar untuk menormalkan gula darah. Tapi kalau pola ini terjadi terus-menerus, tubuh kita akan "stres." Tubuh tidak pernah diberi waktu untuk "beristirahat" dari lonjakan gula, dan lama-lama, semua sistem metabolisme kita jadi berantakan.

Perbaiki Metabolisme, Bukan Tambal Sulam Gejala

Jadi, gimana dong kalau sudah kena diabetes? Apakah hidup hanya bergantung pada obat? Tidak juga. Diabetes sebenarnya bisa dikontrol -- bahkan dalam banyak kasus, kondisinya membaik -- dengan memperbaiki metabolisme tubuh.

Caranya? Mulailah dengan memperbaiki pola makan. Fokus pada makanan alami, terutama yang kaya protein seperti ayam, ikan, tahu, tempe, dan telur. Protein adalah sumber energi yang stabil dan tidak menyebabkan lonjakan gula darah seperti karbohidrat. Selain itu, lemak sehat dari alpukat juga penting, karena membantu tubuh menyerap vitamin yang larut dalam lemak.

Kuncinya di sini adalah mengurangi asupan karbohidrat olahan dan gula, sekaligus meningkatkan kualitas makanan yang masuk ke tubuh kita. Jangan salah, bukan berarti kita harus anti karbohidrat sama sekali. Karbohidrat kompleks seperti ubi atau sayuran tetap penting, tapi porsinya harus disesuaikan.

Teman saya yang suka donat tadi akhirnya bertanya, "Jadi, kalau gue mau sembuh, harus gimana?" Jawaban saya sederhana: "Perbaiki metabolisme, bukan cuma tambal sulam dengan obat."

Saya sering berpikir, kenapa ya kita begitu mudah menyalahkan tubuh kita sendiri kalau mulai "mogok"? Padahal, kita yang merusaknya dengan kebiasaan buruk. Bukannya belajar memperbaiki, kita malah bergantung pada solusi instan, seperti obat diabetes atau insulin tambahan. Memang itu membantu, tapi sampai kapan?

Mengubah pola hidup itu tidak gampang. Tapi, saya percaya langkah kecil -- seperti mengurangi konsumsi gula dan mulai makan makanan alami -- bisa membuat perbedaan besar.

Jadi, kalau kita merasa tubuh sudah mulai memberi tanda-tanda seperti gula darah tinggi, jangan abaikan. Jangan tunggu sampai semua "alat dapur" di tubuh kita rusak total. Mulailah sekarang. Makan makanan alami, kurangi karbohidrat olahan, dan berikan waktu bagi tubuh untuk pulih.

Pertanyaannya, apakah kita mau bertahan dengan pola makan yang merusak tubuh, atau mulai memberikan yang terbaik untuk tubuh kita sendiri? Pilihan ada di tangan kita.

Salam Sehat

Agung Webe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun