Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Anda Pernah Terjebak dalam FOMO Membeli Suplemen Mahal?

12 Desember 2024   12:30 Diperbarui: 12 Desember 2024   12:30 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah mendengar cerita seorang teman yang baru saja membeli suplemen seharga hampir satu juta rupiah per botol. Dengan semangat, dia bercerita bahwa suplemen ini bisa meningkatkan energi, menjaga daya tahan tubuh, dan bahkan membuat kulit lebih bercahaya. Tentu saja, saya mengangguk sambil tersenyum mendengarkan. Tetapi di dalam hati, saya bertanya-tanya: Benarkah kita membutuhkan suplemen semahal itu untuk hidup sehat?

Kemudian, saya iseng bertanya, "Bagaimana pola makanmu sehari-hari?" Dia tertawa kecil dan menjawab, "Yah, makan sih apa adanya. Kadang beli fast food, kadang mi instan kalau sedang sibuk."

Di situlah ironi mulai terlihat. Suplemen mahal bukan solusi jika dapur kita justru penuh makanan olahan.

Faktanya, bahan-bahan di dapur kita sudah cukup untuk memberikan nutrisi yang tubuh kita butuhkan. Coba kita lihat telur, misalnya. Telur adalah salah satu makanan yang kaya akan nutrisi. Satu butir telur mengandung protein berkualitas tinggi, vitamin B12, selenium, vitamin D, dan kolin---yang semuanya penting untuk tubuh. Dan tahukah Anda? Harga satu butir telur jauh lebih murah dibandingkan satu tablet suplemen.

Selain telur, ada tahu, tempe, ayam, dan ikan yang kaya protein. Protein adalah sumber energi yang stabil. Ketika kita makan makanan berprotein, tubuh kita mencerna dan menyerapnya secara perlahan, memberikan pasokan energi yang bertahan lama. Berbeda dengan karbohidrat sederhana atau gula yang cepat diserap, tetapi juga cepat membuat kita lapar lagi.

Sekarang, mari kita bicara tentang kebiasaan makan yang sering kali merusak metabolisme. Tingginya konsumsi karbohidrat olahan dan gula menjadi penyebab utama berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, dan kelelahan kronis. Ketika kita makan terlalu banyak karbohidrat sederhana seperti nasi putih, roti tawar, atau makanan manis, kadar gula darah kita melonjak cepat. Lonjakan ini memaksa pankreas bekerja keras menghasilkan insulin untuk menstabilkan gula darah.

Namun, apa yang terjadi setelah gula darah turun? Tubuh kita merasa lemas dan kembali lapar. Pola ini terus berulang, menciptakan lingkaran setan yang melelahkan metabolisme kita. Akibatnya, tubuh mulai menyimpan lebih banyak lemak dan memproses energi dengan tidak efisien.

Berbeda halnya dengan protein. Protein membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna sehingga tubuh mendapatkan pasokan energi yang stabil. Itu sebabnya makan makanan tinggi protein membantu metabolisme tetap optimal dan bahkan mendukung pembakaran lemak tubuh.

Jika Anda merasa perlu mengonsumsi suplemen untuk menutupi kekurangan nutrisi, coba periksa kembali isi dapur Anda. Apakah di sana ada bahan alami seperti ayam, tahu, tempe, ikan, atau sayuran hijau? Jika iya, maka itulah sumber nutrisi alami yang jauh lebih efektif daripada suplemen sintetis.

Suplemen mungkin praktis, tetapi makanan alami memberikan lebih dari sekadar vitamin atau mineral. Makanan alami menyediakan serat, antioksidan, dan fitonutrien yang bekerja bersama-sama untuk meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Misalnya, sebuah telur tidak hanya memberikan protein, tetapi juga kolin yang membantu fungsi otak dan lemak sehat yang mendukung keseimbangan hormon.

Kembali ke cerita teman saya. Dia membeli suplemen karena takut ketinggalan tren sehat. Fenomena ini dikenal sebagai FOMO (Fear of Missing Out). Kita sering kali merasa bahwa orang lain memiliki rahasia kesehatan yang kita tidak miliki, sehingga kita rela mengeluarkan banyak uang untuk mengejar solusi instan.

Padahal, kesehatan tidak perlu mahal. Makanan alami sudah menyediakan semua yang kita butuhkan untuk hidup sehat. Masalahnya, kita sering kali mengabaikan potensi bahan-bahan sederhana di dapur kita sendiri.

Mari kita jujur. Ketika Anda melihat promosi suplemen yang menjanjikan kesehatan instan, apakah Anda pernah berpikir, Apakah makanan alami di dapur saya tidak cukup? Faktanya, tubuh kita didesain untuk mendapatkan nutrisi dari makanan, bukan dari tablet atau bubuk sintetis.

Pola makan yang sehat tidak harus rumit. Anda hanya perlu fokus pada makanan yang berkualitas, seperti ayam, daging, ikan, telur, tahu, dan tempe. Kurangi karbohidrat olahan dan gula, dan lihat bagaimana metabolisme Anda perlahan membaik. Tubuh Anda mulai bekerja lebih efisien, membakar lemak dengan optimal, dan energi Anda meningkat.

Jadi, sebelum Anda membeli suplemen mahal lagi, lihat dulu dapur Anda. Di sana ada telur segar yang kaya nutrisi, tahu yang penuh protein, atau ayam yang siap dimasak menjadi santapan sehat. Mulailah dengan makanan sederhana tetapi berkualitas, dan tubuh Anda akan merasakan perbedaannya.

Suplemen memang memiliki tempatnya, tetapi mereka bukan pengganti pola makan sehat. Jika Anda bisa mendapatkan nutrisi dari makanan alami, mengapa harus menghabiskan uang untuk sesuatu yang tubuh Anda mungkin tidak benar-benar butuhkan?

Kesehatan dimulai dari dapur, bukan dari botol suplemen. Jadi, mari kita nikmati makanan alami yang sederhana namun penuh manfaat, dan biarkan tubuh kita menjalankan perannya sebagai sistem yang cerdas dan mandiri.

Salam sehat

Agung Webe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun