"Ah, lagi diet ya?" Pertanyaan itu sering saya dengar sambil mereka melirik piring saya yang penuh dengan makanan. Ada ayam panggang, tahu, tempe, telur dan sepotong alpukat. Ekspresi mereka selalu sama: bingung. "Kok banyak makannya? Bukannya kalau diet itu harus sedikit-sedikit?"
Dari situ saya tahu, banyak orang masih salah paham soal diet. Jadi mari kita bedah mitos yang sering bikin kita salah langkah.
Dulu, saya pernah bertemu seorang teman yang setiap kali makan siang hanya membawa satu kotak kecil salad. Ketika saya tanya, dia bilang, "Lagi diet biar cepat kurus."
Tiga minggu kemudian, saya bertemu dia lagi. Bukannya makin kurus, dia malah mengeluh soal tubuhnya yang lemas, konsentrasinya buyar, dan mood-nya jelek terus. Saya tidak heran. Tubuh kita itu ibarat mesin. Kalau bahan bakarnya kurang atau salah, ya mesinnya tidak akan berjalan optimal.
Diet bukan tentang membuat diri kelaparan. Bukan juga soal menghitung kalori secara obsesif atau melewatkan makan selama berjam-jam hanya demi angka di timbangan. Diet adalah tentang memberi tubuh kita makanan yang tepat, yang mendukung kerja metabolisme agar tetap optimal.
Metabolisme itu seperti direktur utama dalam tubuh kita. Dia yang mengatur bagaimana tubuh memproses makanan menjadi energi. Kalau direktur ini bekerja dengan baik, tubuh kita akan tahu kapan harus menyimpan energi, kapan harus membakar, dan berapa banyak makanan yang dibutuhkan.
Tapi apa yang terjadi kalau metabolisme terganggu? Tubuh mulai kebingungan. Lemak menumpuk di tempat yang salah, energi tidak cukup, dan akhirnya muncul masalah seperti berat badan yang naik, gula darah yang tidak stabil, atau kelelahan kronis.
Mitos Diet: Mengurangi Makan = Berat Badan Turun
Inilah mitos terbesar yang sering membuat orang terjebak. Mereka berpikir, "Kalau saya makan lebih sedikit, berat badan saya pasti turun." Secara logika, mungkin itu terlihat masuk akal. Tapi kenyataannya, tubuh kita tidak sesederhana itu.
Ketika kita mengurangi makan secara drastis, tubuh masuk ke mode bertahan hidup. Metabolisme melambat karena tubuh berpikir sedang menghadapi kelaparan. Akibatnya, alih-alih membakar lemak, tubuh malah menyimpan lebih banyak cadangan energi.
Saya pernah mendengar cerita seseorang yang mencoba diet ekstrem dengan hanya minum jus detoks selama seminggu. Berat badannya memang turun dalam waktu singkat, tapi begitu dia kembali ke pola makan normal, berat badannya melonjak lebih tinggi dari sebelumnya. Itu yang disebut *yo-yo dieting*, dan itu adalah tanda metabolisme yang terganggu.
Cerita lain yang sering saya dengar adalah tentang orang yang takut makan makanan tertentu. "Saya tidak bisa makan ayam, nanti kolesterol naik." atau "Saya tidak mau makan karbohidrat sama sekali, nanti gemuk."
Dalam program Metabolic Boot Camp, saya sering menjelaskan bahwa diet bukan soal melarang diri sendiri. Diet adalah tentang memilih makanan yang mendukung tubuh kita.Â
Misalnya, memilih sumber protein seperti ayam, ikan, tahu, atau tempe yang membantu memperbaiki sel tubuh. Memilih lemak sehat seperti alpukat atau minyak zaitun yang dibutuhkan untuk fungsi hormon.
Bahkan karbohidrat, yang sering jadi kambing hitam, bukan musuh. Tubuh kita butuh karbohidrat, tapi dari sumber yang baik seperti ubi atau buah-buahan tertentu. Yang jadi masalah adalah karbohidrat olahan seperti gula atau tepung putih, yang hanya memberi energi sementara tapi merusak metabolisme dalam jangka panjang.
Salah satu peserta program saya pernah berkata, "Saya sudah bertahun-tahun mencoba semua jenis diet. Mulai dari diet keto, vegan, hingga puasa intermiten. Tapi berat badan saya tidak pernah stabil."
Setelah mengikuti Metabolic Boot Camp selama dua minggu, dia baru menyadari bahwa masalahnya bukan pada jenis diet yang dia pilih, tapi pada metabolisme tubuhnya yang terganggu.
Setelah memperbaiki pola makan dan memberi tubuhnya nutrisi yang tepat, berat badannya turun dengan sendirinya. Dia tidak perlu kelaparan atau stres menghitung kalori. Tubuhnya tahu apa yang harus dilakukan.
Saya selalu bilang, "Diet yang baik adalah diet yang bisa kamu jalani seumur hidup." Kalau diet membuat kamu stres, itu berarti ada yang salah. Fokuslah pada pola makan yang memberi energi, meningkatkan kesehatan, dan membuat tubuh bekerja dengan optimal.
Jadi, jika kamu masih percaya mitos bahwa diet adalah soal makan sedikit atau menahan lapar, saatnya untuk mengubah cara pandang. Diet yang baik adalah tentang merawat metabolisme. Karena ketika metabolisme kita baik, tubuh akan bekerja sesuai desain alaminya.
Mulailah dengan mengganti satu kebiasaan kecil, seperti memilih makanan segar daripada makanan olahan. Berikan tubuhmu waktu untuk beradaptasi. Ingat, perubahan besar selalu dimulai dari langkah-langkah kecil.
Dan yang paling penting, jangan takut makan. Makanlah dengan bijak, makanlah dengan cinta, dan makanlah untuk merawat tubuhmu. Karena tubuh yang sehat adalah investasi terbaik untuk masa depan. Jadi, sudah siap membuang mitos lama tentang diet dan memulai hidup yang lebih sehat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H