Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Tubuh Terasa Lemas Setelah 3 Hari Tanpa Karbohidrat dan Gula?

21 Oktober 2024   23:42 Diperbarui: 22 Oktober 2024   00:29 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pic: lifestyle.kompas.com


Setelah tiga hari berhenti mengonsumsi nasi, gula, dan semua karbohidrat, Anda mulai merasa lemas, pusing, dan kurang bertenaga. Banyak orang yang kaget ketika tubuh mereka seolah "kehabisan bahan bakar" setelah beralih ke pola makan yang hanya mengandalkan protein seperti ayam, daging, ikan, tahu, tempe, dan telur. Kondisi ini bukan hal yang aneh, dan jika Anda mengalaminya, jangan khawatir---ini hanyalah fase peralihan yang normal. Tubuh sedang beradaptasi dari mengandalkan karbohidrat dan gula sebagai sumber energi utama menjadi bergantung pada protein dan lemak.

Mengapa Tubuh Lemas Ketika Tidak Mengonsumsi Karbohidrat?

Tubuh kita secara alami terbiasa menggunakan karbohidrat, terutama glukosa, sebagai bahan bakar utama. Saat Anda mengonsumsi nasi, roti, atau makanan manis, karbohidrat ini diubah menjadi glukosa yang cepat diserap dan digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan energi. Glukosa inilah yang memberikan lonjakan energi cepat setelah makan makanan berkarbohidrat.

Namun, ketika Anda tiba-tiba berhenti mengonsumsi karbohidrat, tubuh harus mencari sumber energi baru. Biasanya, tubuh beralih ke cadangan lemak dan protein untuk energi. Proses ini, yang dikenal sebagai "gluconeogenesis," melibatkan pemecahan protein dan lemak menjadi glukosa, namun proses ini lebih lambat dibandingkan penggunaan karbohidrat. Akibatnya, tubuh mengalami defisit energi sementara, yang menyebabkan rasa lemas dan kurang tenaga. Banyak orang juga mengalami gejala seperti pusing, sakit kepala, dan merasa lesu---sering disebut sebagai "keto flu" bagi yang mengikuti diet rendah karbohidrat atau ketogenik.

Berapa Lama Tubuh Beradaptasi?

Lama adaptasi tubuh terhadap pola makan rendah karbohidrat bervariasi tergantung pada individu. Bagi sebagian orang, gejala ini hanya berlangsung beberapa hari, sementara yang lain mungkin membutuhkan waktu hingga seminggu sebelum tubuh sepenuhnya terbiasa menggunakan protein dan lemak sebagai sumber energi utama. Namun, kabar baiknya adalah setelah tubuh beradaptasi, banyak orang melaporkan merasa lebih berenergi, lebih fokus, dan bahkan lebih jarang merasa lapar.

Tubuh kita, meskipun terbiasa dengan karbohidrat, sebenarnya sangat efisien dalam memanfaatkan protein dan lemak. Setelah melalui fase adaptasi ini, sumber energi dari protein dan lemak akan lebih stabil dan tahan lama dibandingkan karbohidrat. Anda tidak akan mengalami lonjakan energi mendadak diikuti kelelahan seperti yang sering terjadi dengan pola makan tinggi karbohidrat.

Manfaat Kesehatan dari Protein Sebagai Sumber Energi

Mengalihkan fokus dari karbohidrat ke protein tidak hanya membantu menstabilkan energi, tetapi juga membawa manfaat kesehatan yang lebih besar. Protein tidak hanya digunakan sebagai bahan bakar, tetapi juga penting untuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh, termasuk otot. Ini sangat penting bagi mereka yang ingin menjaga massa otot atau meningkatkan kekuatan fisik.

Selain itu, protein memiliki efek termogenik yang lebih tinggi daripada karbohidrat, yang berarti tubuh Anda membakar lebih banyak kalori untuk mencerna dan memetabolisme protein. Hal ini membantu meningkatkan metabolisme dan mendukung penurunan berat badan atau pemeliharaan berat badan yang sehat.

Sumber energi dari protein juga lebih lambat dicerna, yang berarti Anda akan merasa kenyang lebih lama setelah makan. Ini membantu mengurangi rasa lapar yang sering datang dengan konsumsi karbohidrat dan gula, yang menyebabkan fluktuasi kadar gula darah dan insulin.

Apa yang Terjadi Jika Kita Terus Mengonsumsi Karbohidrat dan Gula Berlebihan?

Sebaliknya, jika kita terus mengandalkan karbohidrat, terutama dari sumber-sumber yang tidak sehat seperti gula tambahan dan makanan olahan, dampak kesehatan yang ditimbulkan bisa serius. Pola makan tinggi karbohidrat sederhana dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat, diikuti oleh penurunan drastis. Fluktuasi ini tidak hanya membuat Anda merasa lelah dan mudah lapar, tetapi juga meningkatkan risiko resistensi insulin, obesitas, dan diabetes tipe 2.

Konsumsi gula berlebihan juga dikenal sebagai penyebab peradangan kronis dalam tubuh, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan berbagai penyakit kronis lainnya. Gula juga dapat mempengaruhi suasana hati dan kesehatan mental, sering kali menyebabkan kecemasan, depresi, dan perubahan suasana hati yang ekstrem.

Mengapa Lebih Baik Mengandalkan Protein daripada Karbohidrat?

Saat Anda mengganti karbohidrat dan gula dengan protein dalam pola makan, Anda memberikan tubuh Anda bahan bakar yang lebih stabil dan menyehatkan. Protein mendukung regenerasi sel, fungsi kekebalan tubuh, dan pertumbuhan otot. Dengan pola makan tinggi protein, Anda juga akan menghindari lonjakan dan penurunan energi yang drastis, sekaligus menjaga kadar gula darah yang lebih stabil.

Diet tinggi protein telah terbukti mendukung penurunan berat badan, mempertahankan massa otot, dan meningkatkan metabolisme. Ini juga dapat membantu mengurangi risiko penyakit metabolik seperti diabetes dan penyakit jantung. Selain itu, mengonsumsi lebih banyak protein dalam jangka panjang dapat membantu meningkatkan kesehatan tulang dan menjaga kepadatan otot, yang sangat penting seiring bertambahnya usia.

Jika Anda merasa lemas dan kurang tenaga setelah beberapa hari mengurangi karbohidrat dan gula, ketahuilah bahwa ini adalah fase adaptasi yang wajar. Tubuh Anda sedang belajar untuk menggunakan protein dan lemak sebagai sumber energi utama, dan meskipun awalnya mungkin sulit, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar. Dengan konsistensi dan kesabaran, tubuh akan lebih efisien memanfaatkan protein, memberikan energi yang stabil, dan mendukung kesehatan secara keseluruhan.

Salam sehat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun