"Apakah angka 72 benar-benar menjanjikan 72 bidadari di surga?"Â
Bagi kamu yang merasa tidak akan mendapatkan 72 bidadari di surga, jangan kuatir, jangan-jangan angka 72 hanyalah simbolis. Mari kita telusuri makna angka ini dalam berbagai budaya dan agama.
Suara azan subuh menggema dari kejauhan, mengingatkanku pada janji bidadari dalam tradisi Islam. 72 bidadari sering disebut sebagai hadiah bagi mereka yang masuk surga. Dalam keheningan subuh, bayangan janji tersebut terngiang-ngiang di telingaku. Tapi benarkah angka itu harus diartikan secara harfiah?
Mari kita mulai penjelajahan kita dengan menelusuri budaya Yahudi.Â
Dalam mistisisme Yahudi atau Kabbalah, angka 72 merujuk pada Shemhamphorasch, yaitu 72 nama Tuhan. Nama-nama ini terdiri dari kombinasi tiga huruf Ibrani yang diambil dari tiga ayat tertentu dalam kitab Keluaran (14:19-21). Setiap nama merupakan cerminan dari aspek Ilahi yang berbeda, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang esensi Tuhan. Para mistikus Yahudi percaya bahwa angka ini menyimpan kekuatan spiritual yang luar biasa, sebuah simbol keagungan Ilahi yang tak terhingga.
Di masa lampau, ada 72 orang bijak yang terlibat dalam penerjemahan Septuaginta, terjemahan Yunani dari Kitab Ibrani. Para cendekiawan ini bekerja dengan tekun, menerjemahkan kitab suci agar bisa dipahami oleh lebih banyak orang. Angka 72 di sini melambangkan kebijaksanaan dan usaha kolektif untuk menyebarkan pengetahuan.
Dari Timur Tengah, kita beralih ke dunia Kristen.Â
Dalam Injil Lukas (10:1), Yesus mengutus 72 murid untuk pergi ke berbagai kota dan tempat guna menyebarkan ajarannya. Tindakan ini tidak hanya menunjukkan misi suci para murid, tetapi juga simbol kebersamaan dan penyebaran kasih. Selain itu, dalam beberapa interpretasi Kristen yang dipengaruhi oleh Kabbalah, 72 nama Tuhan juga diakui. Ini menunjukkan bahwa angka ini memiliki resonansi spiritual yang mendalam dalam berbagai tradisi keagamaan.
Dari halaman-halaman kitab suci, kita berpindah ke dunia mistis Tionghoa.Â
Dalam tradisi Tionghoa, setahun dibagi menjadi 72 periode cuaca yang disebut "hou." Setiap periode mencerminkan perubahan alam yang halus namun signifikan, mengingatkan kita akan siklus kehidupan yang terus berputar. Angka ini juga muncul dalam kisah klasik "Journey to the West," di mana Sun Wukong, si Kera Sakti, memiliki 72 transformasi atau kemampuan magis. Kemampuan ini mencerminkan kelincahan, kecerdikan, dan kekuatan karakter tersebut dalam menghadapi berbagai tantangan.