Malam itu, Evi duduk di ruang tamu rumahnya, memandangi layar laptop yang penuh dengan catatan ide-ide yang berserakan. Menulis buku impiannya ternyata jauh lebih menantang dari yang dibayangkannya. Ia merasa kewalahan dan sedikit putus asa, tidak tahu bagaimana mengatur waktu di tengah kesibukan kerja dan kehidupan sehari-hari. Di tengah kebingungannya, ia teringat obrolan santai di kafe Kofilo beberapa minggu yang lalu.
Di sebuah meja di sudut kafe, Evi duduk bersama Jefry, sahabat lamanya yang juga seorang penulis. Jefry, dengan gaya bicaranya yang santai namun berwawasan, berbicara panjang lebar tentang dunia penulisan. Ia menjelaskan tentang konsep Ghost Writer -- sebuah layanan menulis buku tanpa harus menulis buku sendiri.
"Coba bayangkan, Evi," kata Jefry sambil menyeruput kopinya. "Kamu hanya perlu duduk dan bercerita. Seorang Ghost Writer akan menangani semuanya -- dari merencanakan struktur buku hingga menulis setiap babnya."
Mata Evi berbinar mendengar penjelasan Jefry. "Serius, Jef? Tapi, apa itu benar-benar bisa dilakukan?"
"Tentu saja," Jefry menjawab dengan yakin. "Prosesnya dimulai dengan sesi wawancara mendalam untuk memahami ide dan gagasanmu. Tim Ghost Writer akan menyusun kerangka buku berdasarkan hasil wawancara, kemudian mulai menulis draf pertama. Kamu tinggal memberikan umpan balik, dan mereka akan merevisi hingga kamu puas."
Evi mengangguk-angguk, membayangkan betapa nyamannya memiliki seorang profesional yang menangani semua detail teknis penulisan. "Jadi, aku hanya perlu bercerita, dan mereka yang menulis semuanya?"
"Benar sekali," Jefry tersenyum. "Mereka akan mengatur sesi wawancara yang fleksibel sesuai jadwalmu, jadi kamu tidak perlu khawatir soal waktu. Selain itu, mereka menjaga kerahasiaan informasi dengan sangat ketat."
"Wah, kedengarannya menarik, Jef. Tapi, bagaimana dengan biayanya?"
"Biayanya bisa disesuaikan dengan tingkat kesulitan buku yang ingin kamu tulis. Ada penawaran khusus juga, seperti biaya yang sudah termasuk transportasi dan akomodasi tim untuk wawancara."
Evi terdiam sejenak, merenung. Ia selalu ingin menulis buku tentang perjalanannya melawan kecemasan, tapi selalu merasa takut tidak bisa menyelesaikannya. Dengan bantuan Ghost Writer, impiannya terasa lebih dekat untuk diwujudkan. "Kalau begitu, aku akan coba, Jef. Aku ingin ceritaku bisa menginspirasi banyak orang."
Jefry tersenyum lebar. "Itu semangat yang bagus, Evi. Percayalah, dengan bimbingan yang tepat, kamu pasti bisa. Ghost Writer ini bukan hanya tentang menulis buku, tapi juga tentang mewujudkan ide-ide dan cerita yang ingin kamu bagi."
Malam itu, di kafe Kofilo, Evi menemukan harapan baru. Ia yakin, dengan bantuan Ghost Writer, buku impiannya akan segera terwujud. Dan yang terpenting, ia tidak perlu lagi merasa kewalahan dengan semua prosesnya. Evi siap untuk memulai petualangan barunya di dunia penulisan, ditemani oleh para profesional yang berdedikasi untuk membantu setiap langkahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H