Pertarungan yang sengit! Trinil menghindari dan membalas serangan Badarawuhi, menggunakan kekuatan cincin untuk melindungi dirinya dan mencoba meredam kemarahan Badarawuhi. Dalam pertarungan itu, Trinil mulai menyadari bahwa cincin astagina memiliki kemampuan lebih dari yang dia kira---tidak hanya memberikan kekuatan tetapi juga bisa mempengaruhi realitas alam gaib itu sendiri.
Kebenaran tentang Cincin Astagina
Dalam momen kritis, ketika Trinil hampir kewalahan oleh serangan Badarawuhi, cincin di jarinya tiba-tiba berkilau lebih terang. Trinil merasakan dorongan kuat untuk melepaskannya dan, dalam keputusasaan, melemparkannya ke sendang. Segera setelah cincin itu menyentuh air, sebuah kejutan besar terjadi---alam gaib mulai runtuh, dan realitasnya mulai terurai.
Trinil menyadari bahwa cincin itu bukan hanya sumber kekuatan, tetapi juga kunci yang menahan alam gaib bersama-sama. Dengan melepaskan cincin itu, dia tidak hanya membebaskan dirinya dari ikatan dengan Badarawuhi tetapi juga mengakhiri eksistensi alam gaib itu. Dalam detik-detik terakhir sebelum alam gaib itu lenyap, Badarawuhi, yang sekarang sadar akan kesalahannya, meminta maaf kepada Trinil dan meminta Trinil untuk melanjutkan sebagai penjaga baru dari Sendang Tua di dunia nyata untuk menjaga keseimbangan antara dunia spiritual dan fisik.
Hari Baru di Wonokromo
Ketika fajar menyingsing di desa Wonokromo, suasana baru terasa menyelimuti desa tersebut. Trinil, setelah kembali dari alam gaib dengan kekuatan dan pengalaman baru, merasakan beban tanggung jawab yang besar namun juga merasa terbebaskan. Ia berdiri di tepi Sendang Tua, tempat yang kini ia anggap sebagai pusat kehidupan spiritual dan fisiknya sambil merenungkan peran barunya.
Sebagai penjaga Sendang dan ratu spiritual hutan Wonokromo, Trinil memperkenalkan perubahan pada cara desa tersebut berinteraksi dengan alam. Ia mengajarkan penduduk desa tentang pentingnya menghormati alam dan menjaga keseimbangan spiritual. Kehidupan desa yang dulunya dipenuhi dengan ketakutan akan kekuatan ghaib perlahan-lahan berubah menjadi sebuah keharmonisan dan pengertian mendalam terhadap alam yang menjadi inti dari kehidupan sehari-hari.
Setelah kematian Lurah Tohjoyo yang dibunuh oleh Badarawuhi ketika mengejar Trinil di sendang saat itu, kepemimpinan desa tetangga diambil alih oleh Ki Anom, seorang pemimpin yang lebih bijaksan. Ki Anom, yang telah mendengar tentang peran Trinil dalam menyelamatkan diri dari cengkeraman alam gaib, kini mendekati Trinil dengan rasa hormat dan perdamaian untuk mengadakan kerjasama antara dua desa. Trinil menerima tawaran ini dengan syarat bahwa hubungan antardesa harus berdasarkan rasa saling menghormati dan kerjasama, bukan dominasi atau paksaan.
Dengan kekuatan baru dan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia spiritual, Trinil juga menjadi tokoh dan legenda Wonokromo. Kecantikannya yang dulu dianggap sebagai anugerah yang merepotkan kini dilihat sebagai simbol kebijaksanaan dan kekuatan. Wanita muda di desa mulai mengidolakannya bukan hanya karena kecantikannya tetapi juga karena keberaniannya dan kemampuan kepemimpinannya.Â
Mungkin saja, bila anda melewati hutan Wonokromo, Trinil akan memperlihatkan sosoknya pada anda!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H