Mereka siap melakukan apapun karena perintah itu adalah perintah Tuhan!
Keprihatinan saya atas semua fenomena 'jualan agama' inilah yang melahirkan pertanyaan, "Mungkinkah Tuhan dan agama sudah selesai perannya di kehidupan ini?"Â
Atau memang Tuhan dan agama sudah tidak ada sehingga Tuhan dan agama dengan mudah diseret-seret ke dalam kepentingan-kepentingan tertentu. Atau justru ia sengaja diciptakan hanya agar bisa ditafsirkan sesuai kepentingan untuk menggerakkan masa atas otoritas tertinggi?
Pertanyaan yang terakhir menarik; Atau justru ia sengaja diciptakan hanya agar bisa ditafsirkan sesuai kepentingan untuk menggerakkan masa atas otoritas tertinggi?
Bila yang ditunjukkan oleh agama adalah pertikaian, perpecahan, peperangan, maka sangat realistis sekali apabila banyak orang yang akhirnya tidak percaya dengan fungsi agama secara sosial.
Mungkin mereka masih percaya fungsi agama secara pribadi sebagai petunjuk untuk mendapatkan surga nantinya. Namun ini pun rawan manipulasi makna. Seperti, untuk mendapatkan surga maka jangan pilih pemimpin yang tidak seiman.
Untuk mendapatkan surga maka boleh membunuh mereka yang dianggap sesat (aliran tertentu).
Bagaimana kalau memang Tuhan dan agama tidak ada? Ia tidak ada secara wujud eksistentsinya, karena Tuhan memang diciptakan ada sebagai sosok otoritas agar manusia merasa aman, nyaman dan ada yang melindungi.Â
Manusia dalam kekhawatirannya menghadapi hidup butuh sosok otoritas yang dapat memberi perintah dan pentunjuk.
Agama dikatakan tidak ada karena ia telah berubah dari ajaran luhur kebaikan menjadi lembaga agama yang bertujuan mencari umat sebanyak-banyaknya.
Kalau Tuhan dan agama sudah selesai fungsinya dalam hidup saat ini, jelas ada yang tidak berhenti membawakan fungsi kebaikan dan keluhuran budi, yaitu hati yang penuh cinta.Â