Banyak yang seringkali terjebak dengan sikap yang diambilnya dalam menghadapi satu persoalan dalam kehidupan. Persoalan itu dapat terjadi pada sisi kehidupan pribadi, pendidikan, sosial, budaya, agama dan politik.
Kita ini berbeda pandangan, atau mengkritik pandangan orang lain, atau malah menentang pandangan orang lain? Ada yang sedang menentang namun tidak menyadarinya dan membuat pembenaran bahwa hal itu adalah beda pandangan. "Berbeda boleh kan?" Demikian sebagian  besar alasan yang keluar walaupun sebenarnya adalah pertentangan, bukan perbedaan.
Berbeda adalah sifat alami kehidupan.
Kita semua berbeda. Jangankan pandangan hidup, ide atau opini. Bentuk tubuh, sifat, karakter dan hal-hal fisik saja kita semua sudah berbeda. Dan hal ini tidak dapat diseragamkan. Kita dapat tumbuh bersama dalam perbedaan. Inilah yang kemudian menjadi keanekaragaman, yaitu Ketika perbedaan menjadi ruang tumbuh dan berkembang bersama, maka perbedaan menjadi keanekaragaman. Ya, keanekaragaman adalah ketika kita sudah tidak mempermasalahkan perbedaan dan dapat menjadikan semua hal yang berbeda menjadi warna-warni pelengkap kehidupan.
Contoh mudahnya demikian:
Saya sering berdiskusi dengan teman-teman yang mengatakan bahwa Tuhan itu ada (saya ambil contoh ini agar mudah) dan pandangan saya adalah bahwa Tuhan itu tidak ada. Saya menyadari perbedaan pandangan ini dan saya tetap mendengarkan setiap pandangan yang diungkapkan (dengan cara apapun) tanpa menyalahkan atau memberi 'jugdment' terhadap cara penyampaiannya.
Ada yang sangat berapi-api menyampaikan pandangan. Ada yang teriak-teriak dengan sedikit emosi. Ya itu adalah sikapnya atau caranya, bukan pandangannya. Saya berbeda pandangan, namun jangan sampai hal itu menjadi 'kabur' sehingga saya menjadi tidak menyukai sikapnya atau cara menyampaikannya.
Setelah saya mendapat kesempatan menyampaikan pandangan pribadi saya, maka saya tidak akan menyalahkan atau menilai cara penyampaiannya. Hal ini adalah perbedaan pandangan, sehingga saya bisa memulai dengan kalimat, "Pandangan saya tentang Tuhan adalah seperti ini ......... "
Dalam perbedaan pandangan, masing-masing tidak akan memaksa dengan setuju atau tidak setuju, sehingga kalimat "Saya tidak setuju dengan pandangan anda .... " tidak perlu dipakai. Mengapa tidak perlu dipakai? Ya, karena perbedaan bukan tentang setuju atau tidak setuju. Masing-masing dari kita hanya perlu mengungkapkan pendapat dan cara pandang masing-masing tanpa harus menilai. Apabila ada nilai-nilai yang mulia dari sebuah cara pandang, biarkan dimaknai secara individu.
Bagaimana apabila berbeda pandangan dengan kebijakan pemerintah? Tentu ini sah dan boleh-boleh saja. Tulis, ungkapkan atau bicarakan perbedaan pandangan tentang kebijakan tersebut tanpa harus menilai, menghakimi, apalagi menjelek-jelekkan. Biarkan masyarakat yang mengambil makna dari perbedaan yang anda ungkapkan tersebut.
Bagaimana dengan Kritik?
Kritik tentu berbeda dengan 'nyinyir' -- nyinyir adalah ngomong tanpa fakta dan data, atau sekedar menjelekkan dan bertujuan menjatuhkan. Kritik adalah proses analisis dan evaluasi terhadap sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki sesuatu (Wikipedia).
Apabila kita mengemukakan kritik, tentu dengan analisa dan evaluasi, sehingga dari hasil evaluasi tersebut akan disertakan solusi. Apabila kritik hanya sebuah penghakiman tanpa analisa dan evaluasi, maka hal itu disebut 'nyinyir'.
Dengan contoh yang sama di atas;
Apabila saya mengemukakan kritik atas dasar pemikiran bahwa Tuhan itu ada, maka saya akan memberikan analisa terhadap orang-orang yang meyakini Tuhan itu ada. Saya kemudian akan memberikan evaluasi terhadap keyakinan tersebut dan nantinya saya memberikan solusi atas analisa dan evaluasi saya.
Yang terakhir adalah Menentang.
Pertentangan bukan disebabkan perbedaan. Pertentangan disebabkan oleh ego. Kita bisa saja berbeda namun kita bisa tidak saling menentang. Kita bisa saja berbeda, namun tidak saling memusuhi. Kita bisa saja memberikan kritik, namun bukan menentang.
Menentang atau tindakan menentang merupakan sebuah upaya untuk mewujudkan cara pandangnya sendiri atau kelompok secara paksa. Dalam beberapa kasus hal ini dapat dilakukan, seperti menentang peraturan yang merugikan, menentang penjajahan. Dalam Tindakan menentang, tentu saja cara pandang yang dipakai adalah perbedaan mutlak dan kebanyakan hal ini merupakan perlawanan.
Masih dengan contoh kasus yang sama;
Apabila ada orang yang menentang cara pandang bahwa Tuhan itu tidak ada, maka tindakan apapun akan berusaha mencari selisih pandang. Apabila ada diskusi, maka sangat mungkin terjadi orang yang menentang akan memposisikan sebagai orang yang selalu bebeda. Dan dalam tindakan ini, yang di depan adalah ego perbedaan, bukan saling menerima perbedaan untuk sebuah pertumbuhan.
Kita tentu berbeda (karena perbedaan adalah alami) dan dalam perbedaan, kita bisa saja memberikan kritik untuk kemajuan. Namun bila sudah menjadi sikap menentang, maka hal ini dapat menjadi permusuhan, perselisihan bahkan pertikaian.
Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI