Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Harus Beragama Islam?

6 Juni 2019   08:50 Diperbarui: 6 Juni 2019   08:55 3297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel ini saya tulis karena 'kegelisahan' saya ketika saya diajak oleh sebuah komunitas pemberdayaan ekonomi untuk memberdayakan ekonomi di daerah suku Badui. Awalnya saya tertarik diajak terlibat dalam program ini, karena berkaitan dengan penggalian potensi sumber daya manusia yang memang saya geluti. 

Namun saya memutuskan untuk tidak lanjut terlibat ketika mereka bercerita bahwa di dalam pemberdayaan ekonomi tersebut, mereka juga telah berhasil mengajak orang-orang Badui untuk beragama Islam, membangunkan rumah bagi komunitas Badui yang diusir dari komunitas sebelumnya karena memeluk Islam. 

Lebih lanjut mereka menjelaskan, bahwa pemberdayaan ekonomi adalah pintu awal untuk 'mengislamkan' mereka yang dianggap belum berada di jalan yang benar.

Pengalaman di atas hanya merupakan contoh pengalaman yang saya alami, bahwa ada orang yang memang ingin mengajak orang lain masuk dalam agamanya. Kegiatan mengajak orang lain agar tertarik masuk ke dalam agamanya tentu bukan merupakan 'kegiatan baru' dan di dalam semua agama ada oknum-oknum yang melakukan hal tersebut. Mereka secara terstruktur, sistematis dan sebagian masif, melakukan kampanye-kampanye agar semakin banyak orang yang bergabung ke dalam agamanya. 

Kalimat 'Kegelisahan' yang saya tulis di paragraf pertama merupakan pertanyaan bagi saya sendiri tentang;

"Mengapa harus menarik orang lain untuk bergabung ke dalam agamanya?"

"Apabila semua penduduk dunia sudah beragama yang sama, apakah akan menjamin dunia akan damai aman sejahtera?"

"Faktor apa yang mendasari tujuan seseorang melakukan kampanye pindah agama ke dalam agama yang dikampanyekan?"

Saya pernah membaca sebuah berita di internet: "Menurut sebuah surat kabar, "Milliyet" (surat kabar harian berbahasa Turki utama yang diterbitkan di Istanbul, Turki) melaporkan bahwa 35,000 Muslim Turki berpindah ke Kristen pada 2008. Sebuah studi 2015 memperkirakan sekitar 4,500 pengikut Yesus berasal dari latar belakang Muslim di Turki, sebagian besar adalah orang Turki."

(https://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_populasi_Kristen)

Dari beberapa berita seperti di atas, yaitu tentang perpindahan agama, apakah akan jadi ancaman bagi satu agama yang dikabarkan pemeluknya telah berpindah agama? Apakah mereka menjadi cemas dan khawatir kalau pemeluknya menjadi semakin sedikit? Ataukah berita-berita perpindahan seperti ini yang kemudian memicu bagi suatu agama untuk kemudian melakukan kegiatan secara terstruktur, sistematis dan bahkan masif agar pemeluknya semakin bertambah?

Berita perpindahan agama (dari agama apapun menjadi agama lainnya) merupakan berita yang menarik dan digemari di media sosial. Anda tentu pernah ingat nama Lindswell Kwok, atlet Wushu dalam Asian Games 2018. 

Dari situs sains.kompas.com menulis: "Google mencatat bahwa warganet lebih penasaran dengan nama Lindswell Kwok saat dia menikah dan berpindah agama, daripada ketika Lindswell berhasil mendapatkan emas di Asian Games. 

Puncak popularitas pencarian kata "Lindswell Kwok" terjadi pada 9 Desember dengan skala 100, sedangkan saat dia memenangkan medali emas, kepopulerannya hanya menunjuk pada skala 68."

Perpindahan agama, tentu saja merupakan wilayah pribadi yang tidak perlu dieksploitasi. Kemudian apabila terjadi eksploitasi maka tentu saja ada tujuan politik di dalamnya, yaitu sebagai 'penarik' bagi yang lain agar mengikuti jalan yang sama. Fenomena iklan perpindahan agama di kalangan selebriti saat ini dikenal dengan sebutan 'Hijrah'.  

Kembali lagi kepada 'kegelisahan' saya di atas, "Haruskah pindah agama?" dan "Untuk apa?" Apabila semua tokoh agama, terutama penceramah agama, menyadari bahwa ajaran agama yang perlu disebarkan adalah moral dan budi pekerti sehingga dapat meningkatkan kesadaran kehidupan masyarakat, maka mengapa harus mengajak orang lain untuk memeluk agama yang sama? Mengapa harus berusaha memperbanyak pemeluk agamanya?

Bukankah ketika terjadi usaha untuk meningkatkan jumlah pemeluk agama, maka akan terjadi persaingan? Atau bahkan perebutan para target dari jumlah penduduk yang ada? 

Bukankah ketika berusaha menarik orang lain untuk memeluk agama yang sama, akan terjadi narasi untuk mengatakan bahwa agama yang dipeluk sebelumnya belum sempurna, agama sebelumnya belum benar, atau bahkan agama sebelumnya tidak diterima Tuhan?

Dari pengalaman saya di paragraf pertama, saya lebih setuju apabila pemberdayaan apapun, termasuk ekonomi, tidak perlu membawa perubahan agama, apalagi ekspansi agama tertentu. 

Apakah orang Badui yang tidak beragama Islam tidak baik? Apakah orang Badui yang tidak beragama Islam tidak berbudaya? Apakah orang Badui yang tidak beragama Islam merusak alam sekitar? Apabila semua jawaban itu adalah tidak, saya tidak mengerti mengapa mereka menjadi ajang target untuk diajak pindah agama?

Penceramah agama Islam dapat berceramah tentang moral dan budi pekerti yang baik kepada masyarakat yang beragama lain, tanpa harus mengunggulkan Islam atau bahkan membumbui bahwa Islam adalah satu-satunya yang mengusung moral dan budi pekerti yang baik. Toh, tujuannya adalah masyarakat yang hidup berkesadaran. Begitu pula penceramah dari agama lain dapat berceramah kepada masyarakat yang beragama lain, tanpa bertujuan menarik untuk memeluk agama yang sama.

Dengan demikian maka penceramah Islam dapat berceramah di Gereja, penceramah Kristen dapat beceramah di Masjid. Penceramah Hindu dapat berceramah di Gereja. Demikian mereka dapat saling bergantian untuk memberikan ceramah di tempat yang berbeda-beda.

Hal di atas dapat terjadi apabila tujuan dari syiar agama adalah pendidikan moral dan budi pekerti untuk melahirkan kesadaran dalam masyarakat, dan bukannya memenuhi syahwat politik untuk 'menggaet' sebanyak-banyaknya pengikut yang nanti dapat digunakan untuk kepentingan kelompoknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun