Mengapa mereka melakukan hal tersebut? Karena tugasnya dianggap sudah selesai. Sudah mengantar makanan, sudah menyambut pelanggan, sudah bicara pada pelanggan.Â
Hampir semuanya para pelaku service belum menyadari bahwa kepribadian mereka juga berbicara kepada pelanggan sepanjang waktu! Mengapa hal itu terjadi? Yaitu para pelaku service belum dapat melahirkan brand personality service di perusahaan mereka?
Jawabannya adalah karena pekerjaan melayani dianggap sebagai pekerjaan yang sepele, rendah, dan sekadar pelayan! Walaupun ini selalu tersembunyi di balik senyum (yang dipaksakan), namun apabila hal ini bercokol di bawah sadar seorang pelaku service maka pribadi yang ditunjukkannya akan selalu mempunyai jarak dengan pelanggan yang ia hadapi.
Artinya adalah mengubah pandangan tersebut menjadi sangat penting. Bahwa layanan adalah sebuah tindakan untuk menciptakan nilai bagi orang lain. Jadi layanan bukan sekadar mengantarkan barang, membagikan sesuatu, dan tindakan fisik lainnya. Namun layanan adalah untuk menciptakan nilai bagi orang lain!Â
Sedemikian pentingkah brand personality dalam service?
Pertanyaan sederhana bagi Anda: "Seperti apa yang Anda lihat, Anda dengar dan Anda rasakan terhadap sebuah pelayanan yang sedang Anda alami?"
Apakah Anda hanya mendapatkan apa yang Anda inginkan dan harapkan dari sebuah layanan dan Anda puas?
Ataukah Anda mendapatkan sesuatu yang bahkan Anda tidak pernah mengharapkan dan memikirkan sebelumnya dan Anda terkejut dan selalu terkesan?
Bila jawaban pertama, maka itu adalah service excellent dengan human doing
Bila jawaban kedua, maka itu adalah uplifting service dengan human being.Â
Brand personality dalam service bukan hanya menjawab tentang kepuasan pelanggan. Pelanggan akan puas atau sekadar puas ketika pelaku service memenuhi SOP (Standart Operation Procedure) dalam service yang ia jalankan. Namun ketika service menjadi sebuah nilai bagi seseorang, maka ia tidak hanya sekadar puas.Â