NAGARI KHAYANGAN, adalah nagarinya para dewa dewi, nagari para pandhita, nagari para reksi, juga nagari para kesatria utama. Beraneka ragam budaya adi luhung, sikap ramah tamah, saling bergotong royong, menjadikan nagari ini damai tentram, hidup harmonis berdampingan di antara sesamanya.Â
Perbedaan perbedaan yang ada, di jadikan sebagai pelangi indah, saling menguatkan satu dengan yang lain.
Rupanya, keharmonisan hidup yang terjalin berabad abad tahun lamanya, membuat  murka BETHARI DHURGA.Â
BETHARI DHURGA adalah raksasa titisan dewa dewi, berambut gimbal dengan wajah yang sangat menyeramkan. Bethari Durga juga memiliki kesaktian yang sangat luar biasa, mampu berubah wujud menjadi bidadari berparas cantik, lemah gemulai dengan nama DEWI SRANI.
Perilaku bethari durga sangat tidak elok, senang berbohong, suka menghasut, juga gemar membuat kekacauan keonaran.Â
Sengkuni dengan segala ketamakan dan keserakahannya, memanfaatkan BETHARI DURGA untuk menguasai NAGARI KHAYANGAN.Â
Berbekal tipu muslihat dan kepiawaiannya dalam menghasut, SENGKUNI bekerjasama dengan BETHARI DHURGA Â merebut NAGARI KHAYANGAN dari para kesatria.Â
Kehancuran perlahan NAGARI KHAYANGAN, tidak di sadari oleh para pandhita, juga para kesatria nagari. Mereka terlena dengan tipu muslihat paras cantik DEWI SRANI jilmaan dari BETHARI DURGA dan juga termakan hasutan mulut manis SENGKUNI.Â
NAGARI KHAYANGAN terkoyah, para pandhita, para resi, para kesatria saling ribut berebut kekuasaan. Saling mencemooh, saling menjatuhkan, saling ingin menguasai satu dengan yang lainnya. Kini nagari di ambang kehancuran.Â
Semar yang memiliki ketajaman mata bathin, tergerak hatinya untuk menghentikan tingkah polah DEWI SRANI dan SENGKUNI yang makin hari semakin tidak terkendali.Â
Maka, diutuslah anak anak semar untuk menangkap DEWI SRANI jilmaan dari BETHARI DURGA, untuk di sadarkan kembali akan FITRAHNYA sebagai dewi khayangan.Â
Berbekal WAHJOE PANTJA TOENGGAL pemberian romo semar, Gareng Petruk Bagong bergegas mencari dewi srani yang sedang di liputi nafsu angkara murka.
Mampukah semar beserta anak anaknya MEMBANGUN kembali NAGARI KHAYANGAN yang sudah di ambang kehancuran?Â
Mampukah Gareng, Petruk, dan Bagong, menangkap DEWI SRANI yang terkenal sakti dengan segala tipu muslihatnya?
Lalu bagaimana dengan SENGKUNI dan apakah sebenarnya WAHYOE PANTJA TOENGGAL itu?Â
-------------
Demikianlah Sinopsis dari sebuah pertunjukan Teater yang akan ditampilkan sebagai metafora Indonesia saat ini. Tentu saja pertunjukan yang menggambarkan Indonesia dan bagaimana sebuah solusi yang diistilahkan sebagai Wahyu Panca Tunggal dapat mengatasi huru-hara dalam sebuah negeri.
Pertunjukan teater tersebut merupakan acara puncak dari penyerahan hadiah Lomba Cerpen tingkat Nasional untuk SMP dan SMA dengan tema Bhinneka Tunggal Ika. Penyerahan hadiah yang dikemas sebagai pertunjukan teater ini sangat menarik dan patut kita dukung sebagai bentuk cinta Literasi dan Budaya Indonesia.Â
Menariknya lagi adalah pertunjukkan ini bebas biaya alias free. Memang panitia penyelenggara dari awal pendaftaran lomba tidak memungut biaya sama sekali dari peserta dan uniknya lagi, tidak menerima sponsor karena semua kegiatan ini dilakukan sebagai rasa bakti kepada Indonesia sehingga biaya yang muncul dari awal ditanggung bersama-sama (iuran) dari semua panitia yang terlibat.Â
Penyelenggaraan pentas dilakukan di auditorium perpustakaan nasional, jalan medan merdeka barat, Jakarta yang dapat menampung penonotn sebanyak 250 penonton. Karena pertunjukan ini bebas biaya, silahkan hadir (dengan registrasi) agar dapat kesesuaian kursi dan konsumsi. Kapan pertunjukan teater keren ini akan diselenggarakan? Sabtu, 16 Februari 2019, Jam 12.00 sd 16.00, Auditorium lantai 2, Perpustakaan Nasional, Jalan Merdeka Barat Jakarta. Free registration, tersedia 250 kursi. Anita: 0812 1806 1716, Evi: 0812 1868 9133
Anda bisa mengajak keluarga anda untuk menikmati pentas budaya ini sebagai bentuk rekreasi di tengah hiruk pikuk dan panasnya dunia politik Indonesia. Di sana, anda dapat tertawa dengan  jenakanya Punokawan yang menghibur yang mungkin saja sebagai evolusi dari acara Ria Jenaka yang pernah tampil mewarnai televisi pada masa lampau.Â
Salam Literasi Indonesia!
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H