Jagad media sosial sedang ramai tentang kalimat yang diucapkan oleh Rocky Gerung di acara ILC tentang 'Kitab Suci adalah Fiksi'. Karena keramaian tersebut terjadi di kancah politik yang coba diseret dalam ranah agama, maka dalam hal ini saya membatasi tidak menulis tentang pemikiran politik Rocky yang selama ini selalu keras mengkritisi Presiden Joko Widodo. Dan saya juga tidak akan membandingkan peristiwa ucapan Rocky ini dengan puisi Sukmawati atau ucapan Ahok.
Pertanyaannya adalah, apakah salah Rocky mengatakan bahwa Kitab Suci adalah Fiksi?
Sebagai dosen yang bicara di ruang kelas dengan tujuan untuk menggali dan menumbuhkan pemikiran kritis mahasiswa, tentu saja ucapan tersebut tidak salah. Mengapa? Karena kalimat tersebut akan menimbulkan diskusi yang menarik dengan munculnya argumentasi-argumentasi kritis dari mahasiswa, apalagi mata kuliah yang dibawakannya adalah filsafat.
Dalam hal bicara di ruang kelas, tentu saja kalimat tersebut tidak bernuansa melecehkan atau menghina atau menuduh. Karena di sana tidak ada kalimat: "Kitab sucimu itu fiksi!".
Apabila jelas ada kalimat tudingan dan tuduhan terhadap salah satu kitab suci seperti di atas atau, "Kitab Suci anda .... " maka hal ini dapat dikatagorikan mengintimidasi atau menuduh keyakinan yang sebelumnya oleh orang yang dituduh ditempatkan sebagai sesuatu  yang sangat suci.
Ungkapan pribadi "Kitab Suci adalah Fiksi" sama seperti ungkapan pribadi "Tuhan itu tidak ada" atau ungkapan pribadi "Saya tidak percaya agama." Apabila hal tersebut merupakan ungkapan pribadi, maka itu adalah hak individu sebagai pandangan keyakinannya. Toh dia tidak mengatakan kepada anda bahwa Kitab Suci anda adalah fiksi.
Apabila ternyata Rocky benar-benar menganggap bahwa Kitab Suci baginya adalah Fiksi maka hal itu secara individu sah karena merupakan bagian dari perjalanan spiritual yang sedang dilaluinya. Dalam hal ini kita tidak akan dapat memaksakan keyakinan dan perjalanan spiritual seseorang. Masing-masing dari manusia akan melewati masa-masa kritis dalam perjalanan spiritualnya.
Yang jadi masalah adalah Rocky mengungkapkan hal tersebut di ruang publik, bukan di ruang kelas. Apalagi di arena politik sehingga ungkapan tersebut akan mungkin menimbulkan 'chaos' dari masyarakat yang mendengarnya.
Banyak yang tidak suka mendengar bahwa Kitab Suci adalah fiksi. Ya, Â karena mereka bukan orang-orang akademisi filsafat yang memang menggali pemikiran-pemikiran kritis dari sudut apapun juga.
Rocky Gerung sedang terpeleset di ruang publik sehingga ungkapan-ungkapan yang dianggap meresahkan masyarakat secara hukum dapat dilaporkan sebagai bentuk hal yang menyebabkan keresahan publik. Â Jadi masalahnya bukan pada ungkapan tersebut, namun kepada dampak keresahan yang dihasilkan.
Sekali lagi, apabila ungkapan tersebut diungkapkan di ruang kelas, maka hasilnya tidak akan demikian. Entahlah, mungkin kita yang belum cukup terbuka dengan pemikiran baru atau terlalu sensitive dengan isu agama.
Setidaknya apabila hal itu adalah pemikiran baru Rocky Gerung yang bukan ditujukan untuk menghina atau menghujat, maka lambat laun akan menghilang karena pilihan masyarakat sendiri yang tetap memilih bahwa Kitab Suci adalah fakta dan realitas dari firman Tuhan yang mereka yakini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H