PERTAMA:
"Siapa itu RN? Artis?"
Dengan pertanyaan ini si penanya seharusnya memang benar-benar tidak tahu siapa RN itu. Bahkan seharusnya dia tidak tahu apakah RN artis atau tidak.
KEDUA:
"Yang pesek itu?" Â
Lho kok ternyata tahu? Dan bahkan tahu kalau pesek? Lalu mengapa di kalimat pertama pura-pura tidak tahu?
KETIGA:
"Saya kalau artis jelek kurang berminat mengamati."
Wow! Apakah ini sebuah pengakuan bahwa hanya artis cantik dan seksi yang dia amati?
Kalimat: "Kurang berminat mengamati" artinya tetap mengamati walau kurang terhadap RN dan menegaskan bahwa ia SANGAT BERMINATmengamati yang tidak jelek menurut versinya.
KEEMPAT:
"Apa kelebihan dia?" Â
Apakah ia tidak sadar bahwa setiap manusia punya kelebihan? Setiap manusia punya keunggulan dan potensi istimewa dari Tuhan? Bahwa setiap manusia dilahirkan dalam versi mulianya.
KELIMA:
"Pesek, buruk itu."
Mungkin versi buruk menurutnya adalah pesek. Namun bukankah memburukkan manusia lain merupakan tindakan yang tidak mulia, apalagi dengan secara terus terang menjelaskan fisiknya.
Saya hanya ingin mengulas tata bahasa dan tata kalimat yang digunakan dan tidak mengulas oknumnya apalagi dalam versi yang disangkut-pautkan dengan agama.