Saat masih menjadi karyawan, ada anjuran untuk melihat kinerja sesama teman dan diharapkan memberi penilaian kekurangannya apa. Hal-hal kurang tersebut ditulis dan dikirim ke managemen untuk mendapatkan poin lebih dalam penilaian merit kinerja. Ya, yang diharapkan hanya kekurangannya saja. Akhirnya sesama rekan kerja saling curiga dan berlomba-lomba mencari-cari kesalahan hanya untuk mendapatkan poin lebih dalam penilaian kinerja.
Saya membuat usulan (saat itu) agar tidak saja melihat kekurangan, namun setiap karyawan membiasakan diri menuliskan kelebihan-kelehihan rekan kerja mereka. Namun hal ini ternyata sangat sulit, karena ternyata kita terbiasa melihat kekurangan daripada melihat kelebihan. Kita lebih gampang mencela daripada memberikan penghargaan.
Lebih gampang melihat kekurangan, lebih gampang mencela daripada memberi penghargaan terjadi di semua sektor pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan, fokus perhatian kepada orang lain adalah kekurangannya sehingga sedikit saja terlihat kurang dan ada celah mencela maka terjadilah 'komplain' atas kekurangan tersebut.
Berapa banyak dari kita yang membiasakan diri memberi penghargaan? Penghargaan dari hal yang sangat kecil dan sederhana. Contohnya adalah pencapaian-pencapaian rekan kita. Pencapaian yang kita lihat dan kita dengar atau baca beritanya, sudahkan kita memberikan selamat atas hal tersebut?
Atau pada saat naik pesawat. Berapa banyak dari kita yang pernah memberikan pernyataan komplimen atau penghargaan kepada pramugari yang bertugas? Ah itukan hal biasa, itu sudah tugas mereka melayani kita, mengapa harus memberi penghargaan?
Atau kalau berat memberi penghargaan dalam bentuk tulisan, ya dalam bentuk ucapan terimakasih. Masih sulit dan berat? Ternyata kita tertinggal jauh dalam hal ini dari orang-orang 'barat' yang setiap hal dari yang mereka terima, akan meluncur kata-kata apresiasi 'terimakasih'.
Tentu saja tidak susah apabila ketika anda sudah berada di kabin pesawat lalu mencari lembar saran dan kritik yang bisasanya diselipkan di majalah pesawat di kantong kursi di depan anda. Bentuk tulisan sederhana seperti, "Terimakasih pelayanan pada penerbangan ini" di samping akan berpengaruh terhadap orang yang anda beri apresiasi, juga akan memberikan dampak positif bagi rasa cinta di hati anda.
Melatih diri memberikan apresiasi (komplimen) akan mengembangkan energi positif, keterbukaan pikiran dan keluasan hati dalam hidup.
Kalaupun anda harus memberikan komplain atas kekurangan yang terjadi, akan lebih baik lagi kalau juga menyertakan apresiasi dalam hal lain. Karena dalam setiap hal akan ada kekurangan dan kelebihan. Menyertakan kelebihan yang ada merupakan sikap berbesar hati yang menandakan bahwa anda ingin orang lain maju dan bukan ingin menjatuhkan mereka.
Berapa kali apresiasi yang sudah anda berikan hari ini? Minggu ini? Bulan ini? Tahun ini?
Atau ternyata lebih banyak keluhan, kekurangan yang dilihat dari orang lain? Sehingga warna yang keluar lebih banyak kepada warna kekurangan dari orang lain?
Bila hari ini sudah jam 12 siang dan anda masih mempunyai setengah hari lagi di kantor anda, atau anda sedang menunggu boarding di bandara, atau anda sedang berada di rumah makan atau tempat apapun yang melibatkan orang lain melayani anda, maka tidak ada salahnya kalau sisa hari ini anda gunakan sebagai hari apresasi.
"Mari kita beri penghargaan, apresasi, terimakasih, selamat dan dukungan kepada orang-orang di sekeliling kita." Dengan demikian kita juga mengisi energi cinta kasih yang melimpah dalam kehidupan kita.
Terimakasih sudah membaca artikel ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H