Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Salam NKRI

13 Mei 2017   15:03 Diperbarui: 13 Mei 2017   15:06 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah biasa bahwa organisasi 'peremuk NKRI' mempunyai kegiatan2 lain sebagai 'pencitraan' agar terlihat sebagai organisasi yang baik hati, tidak sombong dan mendukung Pancasila serta UUD 45.

Ada kegiatan sosialnya, ada kegiatan berbagi, ada kegiatan tolong-menolong.

Sebenarnya ini lagu lama.

Seperti HTI dimana anggaran dasarnya menyebut mendukung Pancasila dan UUD 45. Saya yakin di anggaran dasar FPI juga demikian.

FPI ada bagian gebuk-gebuk, teriak-teriak, ancam-mengancam. Namun ada usaha sosialnya juga. Usaha kebersihan, usaha tolong-menolong.

Bahkan sekelas NII dan GAFATAR punya kegiatan sosial yang besar dengan sekala Nasional yang dinamakan Indonesia Membangun.

Kamuflase kegiatan sosial hanya dijadikan tameng dan berita yang ditaruh di depan ketika ada tudingan bahwa organisasi-organisasi 'Peremuk NKRI' dituding sebagai organisasi yang ingin mengganti ideologi Pancasila.

Atau ada beberapa anggota seperti FPI yang tidak tahu menahu tujuan organisasinya, mereka tahunya adalah pembela agama. Pengikut setia seperti ini yang dengan tulus turun ke jalan, melakukan aksi bersih-bersih atau aksi kegiatan sosial apabila ada bencana dan kekurangan. Namun berita dari mereka yang tulus ini kemudian diekspose sebagai tameng dari tudingan-tudingan sebagai organisasi yang meresahkan.

Mungkin ada benarnya twit dari Buni Yani yang rame diunggah dari twitter:

Dalam akunnya @BuniYani, mantan dosen itu pernah menuliskan status: “Jual agama itu paling gampang, maklum rakyatnya masih bego2 gampang ditipu.”

Tweet pada tanggal 11 Mei 2014

Bukan hanya Buni Yani, hampir semua ahli penjualan di Indonesia menyepakati bahwa pasar agama adalah pasar yang sangat luas dan laku di Indonesia. Artinya seperti buku agama, baju agama, pernak-pernik agama, film agama, asesoris agama, masih menduduki peringkat peminat tinggi di masyarakat.

Beberapa masyarakat yang terprovokasi oleh pendirian negara dengan ideologi agama, menganggap pemerintah sekarang "thogut" - tidak benar - ingkar" dan mereka saat ini sedang dalam berada dalam fase kehidupan yang sulit, terpojok, dan 'menderita' maka akan meng-amin-kan tujuan-tujuan tersebut dengan harapan apabila negara berganti ideologi dengan ideologi agama maka kehidupan mereka akan makmur gemah ripah loh jinawi.

Banyak sekali tulisan yang sudah memberikan informasi tentang HTI dan cara kerjanya atau mengapa negara-negara Islam menolak kehadiran HTI bahkan melarangnya sebagai organisasi terlarang di negaranya, namun seolah masyarakat menutup mata. Bahkan pembubaran HTI dikatakan sebagai tidak sukanya pemerintah dengan organisasi agama.

FPI mungkin akan menerima nasib yang sama. Rekaman ceramah dari apa yang dinamakan ‘sang imam besar’ yang kerap kali mengumpat presiden, pemerintah dan ideologi Pancasila dapat dijadikan barang bukti sebagai provokasi makar terhadap Negara.

Bagi masyarakat bawah yang hanya tahu tentang agama (bukan politik) mungkin hanya tahu bahwa HTI maupun FPI adalah organisasi yang baik hati, suka membantu dan bekerja sosial untuk bencana-bencana. Hal ini tidak dapat disalahkan karena memang kegiatan tersebut dibuat sebagai opini agar nanti ada pembelaan dari kalangan bawah sebagai organisasi Islam yang rahmatan lil alamin.

Kita sebaiknya dapat membedakan antara organasisasi Islam dengan agama Islam. Organisasi yang sudah dimasuki kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan tertentu untuk menggulingkan pemerintahan yang ada sudah barang tentu merupakan organisasi terlarang. Namun propaganda yang ada sudah melekatkan bahwa organisasi Islam adalah agama Islam, sehingga menentang organisasi Islam sama saja dengan menentang agama Islam.

Dari sisi kegiatan sosial, apabila hal itu dapat diperhatankan, seperti FPI merupakan sebuah kegiatan yang sangat baik dan bermanfaat. Namun apabila FPI sebagai organisasi yang ternyata meresahkan masyarakat dan ceramah-ceramah ‘sang imam besar’ ternyata lebih banyak memprovokasi umatnya untuk menggulingkan pemerintahan yang ada, maka tidak lama lagi, nasib FPI akan sama dengan HTI.

Setidaknya, masyarakat akan semakin tahu mana organisasi agama dan mana agama. Beberapa teman saya memilih untuk bergerak bersama organisasi semacam itu untuk menegakkan syariah Islam dengan negara Islam adalah hak pribadi mereka. Mungkin saja mereka sekarang dalam kondisi kehidupan yang tertekan dan bermimpi menggapai kehidupan yang ‘gemah ripah loh jinawi’ lewat janji-janji yang diberikan kepadanya.

Salam NKRI!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun