Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapakah Ahok di Zaman Majapahit?

10 Mei 2017   18:51 Diperbarui: 10 Mei 2017   19:00 3722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Gampanglah itu bisa kita kerjakan. Calon lu sudah siap kan?”

“Udah. Nanti begitu dia kalah bahkan kita penjarakan, calon gue akan beraksi.”

“Siapa yang akan kerjakan ini?”

“Tenang aja kan ada FPM”

“Apa itu FPM?”

“Front Pembela Majapahit”

“Ooo oke, gue paham.”

Drama dimulai dan setiap sisi kejelekan Minak diekspose ke media, terutama kata-kata kasar yang sering diucapkan oleh Minak. Damar mulai mendapatkan angin segar yang menyejukkan sehingga berani melakukan serangan-serangan mematikan. Serangan-serangan Damar Wulan akhirnya membuat Minak KO! Minak terlanjur mendapat simpati masyarakat yang mengenalnya sebagai orang vulgar namun jujur. Sayang, masyarakat hanya tahu itu saja dan tidak tahu skenario awal mengapa Minak dapat duduk sebagai adipati Blambangan. Yang paling parah adalah Damar menggunakan isu agama yang diback-up oleh Front Pembela Majapahit, sehingga Minak yang kasar dan bukan berasal dari Mayoritas Blambangan dikenal sebagai orang yang tidak sama keyakinannya dengan masyarakat Blambangan umumnya.

Minak tersungkur! Ia kalah karena bertindak sendiri, sementara Majapahit adalah koloni. Bahkan saat Minak diadili, para Hakim yang mengadili mengambil keputusan sendiri dan tidak mengambil keputusan berdasar dari tuntutan JPU. Masyarakat Blambangan menangis saat mengetahui bahwa Minak harus mendekam di penjara. Mungkin butuh waktu agar masyarakat tahu sejarah konspirasi politik Majapahit sehingga ketika ia menaruh empati kepada Minak, maka empatinya adalah bagi pribadi Minak dan bukan bagi politik apapun juga.

Partai dari Tribhuwaba tidak menunggu lama karena memang itulah yang diinginkan, sementara si ‘bos’ lega karena tujuannya jangka panjang. Si bos membiarkan partai Tribhuwana bermain sendiri saat ini, yaitu anggaran APBD Blambangan tahun depan dapat masuk banyak sebagai suntikan Kerajaan.

Dari satu sisi, Minak Jinggo ada yang mengenal sebagai pahlawan Blambangan. Dari sisi lain ada yang tidak setuju Minak Jinggo sebagai pahlawan Blambangan karena memang bukan dari Blambangan melainkan dari Probolinggo. Namun yang jelas, apabila Minak Jinggo akan meneruskan langkahnya untuk membersihkan Blambangan dan Majapahit dari aparat-aparat korup yang selalu mengeruk keuntungan dari kerajaan, maka Minak harus berpihak kepada masyarakat. Minak harus berkata apa adanya dan membongkar konspirasi yang dia ketahui selama ini, bahkan ketika awalnya dia juga menerima bagian dari konspirasi tersebut. Toh ketika ia di meja pengadilan, ‘si bos’ dan partai Tribhuwana tidak membelanya sama sekali, padahal hukum Majapahit dipengaruhi oleh  Kerajaan, dan Kerajaan dipengaruhi oleh partai-partai kerajaan. Jadi sangat jelas bahwa ternyata Minak dibunuh sendiri oleh keduanya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun