Hebatnya bahwa KLM dan Garuda sama-sama berada dalam satu aliansi penerbangan yaitu skyteam.
Kembali ke sisi service yang ada pada KLM dan Garuda.
Sebagai orang Indonesia yang memakai Garuda sebagai maskapai kebanggaan sudah sangat beruntung sekali dengan service yang diberikan oleh Garuda. Namun karena memang customer itu beyond expectation, maka harapan pengguna jasa penerbangan akan selalu lebih, lebih dan lebih.
Beberapa kali saya melihat para pengguna Garuda marah-marah kepada Pramugari di dalam kabin pesawat hanya karena masalah yang sebenarnya tidak perlu, seperti menaruh bagasi dimana penumpang ingin pramugari yang menaruhkan diatas, sementara kopernya berat dan pramugari tidak kuat mengangkatnya. Pramugari hanya bilang, “bisa kita sama-sama angkat agar koper tidak jatuh”
Lalu penumpang marah, “Itukan tugas Anda!”
Mungkin juga perbedaan culture yang membuat hal itu terjadi. Dimana western dan eastern mempunyai perbedaan yang mencolok dalam hal sikap kepada orang lain. Namun walaupun demikian, penumpang yang naik di kedua maskapai tersebut terbawa sikapnya. Bila penumpang naik maskapai KLM menjadi diam dengan situasi yang ada, dan bila naik maskapaii Garuda menjadi banyak permintaan karena melihat pramugarinya mudah disuruh-suruh.
KLM juga melintas di Asia dengan berbagai kota tujuan dan jumlah penumpang yang menjadi pelanggannya tidak berkurang dengan ‘gaya service’ yang diberikan. Sementara Garuda yang melakukan upaya-upaya perbaikan service belum dapat menjaring banyaknya pelanggan seperti target yang diinginkan ( dilihat dari ruginya berbagai rute menurut laporan di media cetak )
Apa yang salah? Apakah Garuda telalu lebay dengan service yang terlalu berlebihan? Lihat saja bahwa rute-rute pendek Garuda yang bagi KLM hanya memberikan service berupa minuman dingin dan light snack, Garuda memberikan service minuman lengkap panas dan dingin beserta makanan panas!