Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kanjeng Ratu Kidul (Bagian 2)

15 Mei 2012   06:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:16 2754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya menyusuri masyarakat di sepanjang Pantai Selatan, terutama Pantai Selatan Yogyakarta, banyak yang bercerita tentang sosok Ratu Kidul. Beberapa di antaranya bahkan mendeskripsikan fisik dan pakaiannya, yang mereka ‘klaim’ bahwa mereka pernah bertemu dengan Ratu Kidul. Banyak yang belum pernah berjumpa secara langsung namun sangat percaya keberadaan Ratu Kidul. Keberadaan Ratu Kidul yang menguasai Pantai Selatan bahkan membawa pengaruh terhadap tatanan kehidupan yang mereka percayai.

Bagaimana kepercayaan ini bisa tercipta dan sampai sekarang tetap dipegang teguh?

Untuk ini marilah kita masuk lewat apa definisi mitos, legenda, dan cerita rakyat, dimana ketiga hal tersebut sangat berbeda maknanya.

Cerita rakyat belum tentu menjadi legenda, dan belum tentu menjadi sebuah mitos

Ratu Kidul, pertama kali bisa dikatagorikan sebagai cerita rakyat, karena ia tidak diketahui sumber utamanya, namun cerita tentangnya disebarkan dari mulut ke mulut secara turun temurun dan menjadi ‘efek domino’ yang tersebar. Karena cerita tentang Ratu Kidul tidak terdapat pada sumber sejarah resmi, dan tidak terdapat prasasti (bisa berupa candi, lontar, peninggalan budaya) atau peninggalan yang bisa dijadikan bukti nyata, untuk itu kita akan memasukkan cerita Ratu Kidul sebagai cerita rakyat.

Cerita rakyat yang mempunyai efek penyebaran yang luar biasa dan sering dibicarakan masyarakat daripada cerita rakyat lainnya, maka cerita tersebut dapat menjadi Legenda. Legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Dalam hal Ratu Kidul, kaitannya dengan sejarah adalah sejarah Raja-raja Mataram. Legenda berbeda sedikit dengan Mitos. Dalam legenda, cerita tersebut dianggap benar-benar terjadi namun tidak dianggap suci seperti dalam mitos. Legenda juga dikatagorikan tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.

Ratu Kidul juga masuk dalam definisi mitos, yaitu cerita yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci. Mitos adalah keyakinan atau kisah populer yang dikaitkan seseorang, kejadian, atau lingkungan, yang menjadi bagian suatu ideology. Mitos juga bisa dikatakan sebagai sebuah kepercayaan yang dipercaya secara luas namun tidak ditemukan fakta nyata yang berhubungan dengannya.

Karena sebuah Mitos menjadi bagian dari suatu ideology, maka bila mitos ini dipandang dari luar komunitas yang tidak mempercayainya, maka sebuah mitos tidak bisa dikatakan sebagai sesuatu yang salah. Artinya salah dan benar disini tergantung kepada manfaat dari suatu komunitas dan bagaimana mereka menerapkan manfaat dari ‘efek’ mitos tersebut.

Dalam Babad Tanah Jawa, yaitu sebuah buku yang menjadi rujukan sejarah dengan pusat sejarah Kerajaan Mataram, juga kental dengan mitos dan pengkultusan. Oleh sebab itu bagi para ahli sejarah juga tetap melakukan pemilahan di dalamnya. Namun berkaitan dengan Ratu Kidul, kita menemukan benang merahnya pada saat sejarah awal dibangunnya Mataram oleh Panembahan Senopati yang rencanakan oleh Ki Juru Mertani.

Kembali kepada Mitos, Legenda, dan Cerita rakyat. Sekarang kita memahami bagaimana cerita Ratu Kidul berkembang dari cerita rakyat menjadi Legenda dan menjadi Mitos. Dengan pemahaman ini kita tidak akan berdebat lagi sumbernya dari mana, bagaimana itu menjadi legenda dan bagaimana hal tersebut menjadi mitos. Cerita Ratu Kidul memang tidak diketahui dengan jelas kapan berawal, namun kita dapat melihat bahwa cerita ini mencapai puncak tertinggi keyakinannya pada keyakinan dinasti Mataram, yiatu bahwa Ratu Kidul merupakan istri spiritual dari Raja Mataram.

Benarkah bahwa Ratu Kidul adalah istri spiritual Raja-raja Mataram?

Untuk itu marilah kita masuk ke dalam Babad Tanah Jawa untuk menelusuri awal mula berdirinya kerjaan Mataram yang sebelumnya berupa hutan lebat yang bernama Hutan Mentaok (posisi hutan ini sekarang adalah daerah yang bernama Kotagede di Yogyakarta).

Di dalam mitologi kebatinan Jawa, dikenal istilah “telu-teluning atunggal” yaitu tiga sosok yang menjadi satu kekuatan. Yaitu, Eyang Resi Projopati, Panembahan Senopati, dan Ratu Kidul. Eyang Resi Projopati adalah penguasa Gunung Merapi, Panembahan Senopati adalah penguasa Mataram, dan Ratu Kidul adalah penguasa pantai selatan.

Disini kita bisa melihat betapa mitologi kebatinan Jawa ini mengajarkan keseimbangan ekologi alam semesta antara gunung, perkotaan, dan laut.

Bila Ratu Kidul ini sudah ada sebelum kerajaan Mataram, dimana perannya pada masa Majapahit, Singasari, atau Sriwijaya? Mengapa hanya Raja Mataram saja yang memperistri Ratu Kidul?

Apakah anda mendengar bahwa raja Majapahit atau Singasari juga memperistri Ratu Kidul? Atau raja Sriwijaya juga memperistri Ratu Kidul? Bukankah sumpah dari Ratu Kidul adalah menjadi istri Raja Mataram seterusnya?

Kalau kita lihat pada bagian ini, yaitu bahwa Ratu Kidul hanya untuk Raja Mataram, artinya ada yang menjadi ‘missing part’ atau bagian yang hilang. Atau bahkan jangan-jangan menjadi ‘hidden part’ yaitu bagian yang disembunyikan? Apakah ada seorang ahli yang sengaja menghadirkan Ratu Kidul bagi Raja Mataram?

Kalau dikatakan ahli, seseorang ini memang ahli dan menguasai seluk beluk ‘cara kerja’ pikiran manusia. Dialah Ki Juru Mertani, sebagai penasehat Panembahan Senopati.

Mari kita lihat sebentar kerajaan yang ada sebelum Panembahan Senopati ( Sutawijaya ) membuka hutan Mentaok sebagai kerajaan Mataram. Sebelum Mataram berdiri, yang ada adalah kerajaan Pajang dan Demak. Namun penguasa Pajang (Hadiwijaya) maupun Demak (Sunan Prawoto) tidak menyentuh sama sekali keberadaan Ratu Kidul ini, bahkan tidak mengatakan (sebagai raja Jawa) memperistri Ratu Kidul. Jadi keberadaan Ratu Kidul ini benar-benar populer setelah Panembahan Senopati (Sutawijaya) menjadi Raja Mataram.

Dimanakah ‘Missing Part’ atau bahkan ‘Hidden Part’ ini terjadi?

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun