Mohon tunggu...
Dhandhang Gulo
Dhandhang Gulo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

semangat persahabatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Karena Pahalanya Masuk Neraka, Karena Dosanya Masuk Neraka

30 Oktober 2014   19:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:08 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pahala adalah balasan atas perbuatan baik, sedangkan dosa adalah balasan atas perbuatan buruk. Surga adalah tempat yang disediakan Allah bagi orang yang banyak pahala, sedangkan neraka adalah tempat untuk orang yang berdosa. Tapi benarkah orang yang banyak pahala pasti masuk surga dan orang yang banyak dosa masuk neraka?

Menyimak topik bahasan yang lagi tren diberbagai sosial media saat ini ada salah seorang menteri (yang konon) hanya lulusan SMP, perokok, suka minuman keras, tidak agamis, kawin cerai dan lain sebagianya, tetapi disisi lain punya segudang prestasi dan dianggap pahlawan oleh masyarakat sekitar tempat tingalnya. Ada dua kubu dalam hal ini. Kubu pertama memandang dari sisi kejelekan dari sang menteri dimana beranggapan bahwa pribadi sang menteri tidak patut untuk dijadikan contoh oleh masyarakat sehingga beliau tidak layak dijadikan menteri yang notabene pejabat yang harus bisa memberi keteladanan bagi masyarakat. Sedangkan kubu kedua memandang dari sisi kebaikannya dimana sang menteri adalah sosok yang penuh inspirasi dan punya kemampuan yang mumpuni dibidangnya dan yang lebih ditonjolkan adalah belum punya indikasi ada tindakan yang berhubungan dengan korupsi, sebuah perilaku yang saat ini menjadi hantu dan monster yang menjadi public enemy.

Menanggapi hal tersebut, saya mengambil jalan tengah. Bukan berarti bahwa saya tidak punya prinsip. Tidak harus bahwa sesuatu mesti dipisahkan oleh batas positif dan negatif, hitam dan putih.

Saya berpendapat bahwa setiap manusia punya sisi negatif dan positif. Manusia bukanlah malaikat yang selalu taat dan bersih, tetapi juga bukan iblis yang hanya berbuat kedurjanaan. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang dibekali dengan nurani dan nafsu. Dengan adanya nurani manusia bisa berbuat kebaikan dimana kebaikan ini oleh Tuhan diberi balasan pahala. Sedangkan dengan nafsu manusia bisa berbuat (lalai) durjana yang oleh Tuhan diberi balasan dosa. Menurut logika manusia pahala akan berakhir di surga dan dosa akan berakhir di neraka. Tapi benarkah seperti itu logika Tuhan.

Menurut pengetahuan saya (dalam ajaran Islam) seseorang masuk surga karena Rahmat Allah, bukan semata-mata karena banyaknya pahala. Meskipun banyak amal kebaikan tetapi kalau tidak ikhlas karena Allah maka amalan itu akan tertolak. Dalam Islam ada prinsip bahwa segala amal tergantung pada niatnya. Kalau amal kebaikan tetapi niatnya bukan ikhlas karena Allah maka dalam pandangan Allah hal itu tidak mempunyai kebaikan. Juga ada pendapat bahwa seseorang itu akan masuk surga atau neraka dilihat dari amalan terakhir waktu mati. Kalau pada saat kematian manusia berbuat kebaikan dengan niat ikhlas karena Allah ada pendapat orang tersebut masuk surga, begitu pula sebaliknya. Jadi dari pendapat ini yang menentukan masuk surga atau neraka adalah kondisi terakhirnya. Itulah sebabnya Allah merahasikan hari kematian agar seseorang senantiasa menjaga amalannya.

Kembali pada pribadi sang menteri. Mungkin benar saat ini sang menteri masih berbuat yang bertentangan dengan agama tetapi disisi lain juga banyak berbuat kebaikan. Bila diakhir hayatnya beliau dalam kondisi berbuat kebaikan dengan ikhlas, Insya Allah akan masuk surga.

Jadi orang yang banyak amalnya kebaikannya belum tentu masuk surga tidak ada keikhlasan waktu beramal, sehingga mengantarkannya ke neraka. Orang yang banyak perbuatan buruknya belum tentu masuk neraka karena bisa saja diakhir hayatnya dia berbuat kebaikan dengan ikhlas sehingga mengantarkannya ke surga. Mungkin menurut logika manusia, ini berarti Allah tidak adil. Tapi harus disadari bahwa logika Allah berbeda dengan logika manusia. Banyak kisah dalam Islam yang menggambarkan hal ini, seperti kisah seorang yang telah membunuh 100 orang, pada akhirnya ingin bertobat. Ia akan pergi pada seorang yang shaleh untuk belajar agama, tetapi ditengah perjalanan dia meninggal. Oleh Allah ia ditempatkan disurga.

Wallahu a’lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun