Kau berusaha keras.. Tuk sinari raga ini..
Yang menggigil.. Membeku seperti tak bergerak..
Meski selimut kabut, sinarmu masih merekah..
Keputihan menyucikan hatiku..
Saat sahabatku terselimuti kabut kebohongan ...
Dan sinarmu hanya sama-sama saja..
Mengahangatkannya dalam diam..
Bersyukur dinginnya masih menusuk-nusuk hatinya yang gila harta..
Yang tak bisa ku tembus dengan cahaya kejujuran ku..
Dan dipersalahkan dalam kabut keangkuhannya..
Mungkin hari ini angin masih bersahabat
Ketika dia meninggalkanku..
Mengusir perlahan kabut pagi ini..
Agar sinar KasihMu menghangatkan relung-relung hatiku..
Pikiranmu dan pikaranku yang terselimuti kabut amarah sore itu...
Ku harap kau membuka pintu rahmatNya..
Agar iblis tak menghantuimu terus..
Agar ampunanKu... Mempertobatkanmu..
Agar belaskasihNya... Memulihkan mu..
Agar keadilanmu tak hancur...
Agar persahabatan kita tetap kau rasakan..
Saat kemenanganmu tak menyuburkan semak-semak ketamakanmu...
Dan benih imanmu tumbuh subur dan berbuah melimpah untuk sesama..
Bersama merekahnya mentari yang berselimut kabut tebal di tugu Kartonyono ini..
Seakan tak sabar menyinari kebaikanku..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H