Musim bersepeda..
Menggugah hatiku untuk ikut.. Serta..
Dengan beragam warna baju kompaknya..
Warna-warni tiap kelompoknya seperti warna pelangi..
Itu kesepakatan komunitasnya..
Sekarang pelangi tak lagi diatas sana..
Tapi ada di komunitas mereka..
Dari anak-anak sampai lanjut usia..
Berkelompok di tempat-tempat tertentu..
Yang pasti tempat wisata pos favoritnya..
Olahraga.. Yang menyenangkan..
Banyak peminatnya..
Baru sepedanya..
Menghidupkan semangat tuk bersepeda..
Senang rasanya.. Melihat pesepeda itu teratur tak mengganggu kendaraan lain..
Tak membuat ulah dengan kendaraan lain..
Tak menjadi bahan kicauan..
Setiap hari tuk mengais sesuap nasi..
Para pencari rejeki..
Ku terdiam sejenak sampai kapan?...
Apakah terus berlanjut...
Apakah hanya saat-saat pandemi ini...
Setelah itu udara kota ini penuh dengan polisi..
Asap yang mengepul dari cerobong pabrik..
Cerobong kenalpot mereka yang berkendara..
Lalu siapa yang mengaturnya..
Pesepeda permanen tentu.. Akan terganggu pula..
Saat mereka susah untuk menyeberang jalan..
Lalu curhat pada siapa?
Hanya padaMu agar mereka sadar dan peduli dengan pesepeda permanen...
Bukan hanya musiman saja...
Mengayuh dengan gerobak kecil untuk sesuap nasi..
Berkilo-kilo jaraknya..
Melawan dinginnya pagi..
Panasnya mentari.. Tuk semangat hidupnya yang semakin menua..
Terengah-engah menghadapi kerasnya hidup ini..
Harus sabar.. Mengayuh bergesekan dengan zona tak nyaman ini...
Tetap tegar sampai ajal menjemput..
Sampai raga ini tak lagi.. Tuk bekerja..
Hanya bisa berserah diri padanya..
Di tengah pandemi ini..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H