Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - Pendidik untuk asa tunas muda dunia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berjuang dalam tulisan dengan hati nurani dan menginspirasi Bagi sesama...serta mengetuk relung-relung hati sesama.. 🙏

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Musim Bersepeda

15 September 2020   06:52 Diperbarui: 15 September 2020   06:54 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Musim bersepeda.. 

Menggugah hatiku untuk ikut.. Serta.. 

Dengan beragam warna baju kompaknya.. 

Warna-warni tiap kelompoknya seperti warna pelangi.. 

Itu kesepakatan komunitasnya.. 

Sekarang pelangi tak lagi diatas sana.. 

Tapi ada di komunitas mereka.. 

Dari anak-anak sampai lanjut usia.. 

Berkelompok di tempat-tempat tertentu.. 

Yang pasti tempat wisata pos favoritnya.. 

Olahraga.. Yang menyenangkan.. 

Banyak peminatnya.. 

Baru sepedanya.. 

Menghidupkan semangat tuk bersepeda.. 

Senang rasanya.. Melihat pesepeda itu teratur tak mengganggu kendaraan lain.. 

Tak membuat ulah dengan kendaraan lain.. 

Tak menjadi bahan kicauan.. 

Setiap hari tuk mengais sesuap nasi.. 

Para pencari rejeki..

Ku terdiam sejenak sampai kapan?... 

Apakah terus berlanjut... 

Apakah hanya saat-saat pandemi ini... 

Setelah itu udara kota ini penuh dengan polisi.. 

Asap yang mengepul dari cerobong pabrik.. 

Cerobong kenalpot mereka yang berkendara.. 

Lalu siapa yang mengaturnya.. 

Pesepeda permanen tentu.. Akan terganggu pula.. 

Saat mereka susah untuk menyeberang jalan.. 

Lalu curhat pada siapa? 

Hanya padaMu agar mereka sadar dan peduli dengan pesepeda permanen... 

Bukan hanya musiman saja... 

Mengayuh dengan gerobak kecil untuk sesuap nasi.. 

Berkilo-kilo jaraknya.. 

Melawan dinginnya pagi.. 

Panasnya mentari.. Tuk semangat hidupnya yang semakin menua.. 

Terengah-engah menghadapi kerasnya hidup ini.. 

Harus sabar.. Mengayuh bergesekan dengan zona tak nyaman ini... 

Tetap tegar sampai ajal menjemput.. 

Sampai raga ini tak lagi.. Tuk bekerja.. 

Hanya bisa berserah diri padanya.. 

Di tengah pandemi ini.. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun