Sore ini tebaran daun tak teratur di dasar hatiku..
Seakan tak berguna lagi..
Tua.. Menguning tak beraturan di antara tanah dan kerikil menyusup di sela-sela hatiku..
Terusik untuk ku bersihkan..
Ku ambil sapu...
Kumpulan lidi agar terbersih kan dalam diri..
Ku sucikan diriku kembali agar layak bagimu dan bagiNya..
Yang selalu singgah di lubuk hatiku..
Tampak pohon yang sangat kokoh melepas dengan iba hati..
Tak tega mereka lepas begitu saja terhempas angin yang kencang..
Di usia tuanya.. Menguning habis masa kerjanya
Membesarkan pohon ini..
Kokoh kuat buahnya melimpah.. Selalu setelah musim kemarau ini..
Akar mu masuk ke dalam perut bumi..
Menguat mencari air dan mineral gizi tubuhmu..
Kawan daun tuaku.. Yang menguning.. Terimakasih pengorbanan mu... Selama ini..
Dan akhirnya kau melebur kembali menjadi humus..
Agar tak dibakar.. Pemilik pohon ini..
Biarkan termakan usia dan hewan peng gembur tanah.. Ibu pertiwi..
Dan tunas baru.. Daun muda memenuhi tubuhmu..
Si pohon yang kokoh.. Kuat.. Semoga kau lekas berbunga.. Mengharumkan kembali dunia ini..
Berbuah melimpah tuk dinikmati kami dan seluruh tetangga..
Terimakasih pohon manggaku..
Seakan senja membawamu tuk beristirahat sejenak..
Setelah seharian kau berkerjasama dengan seluruh organ tubuhmu..
Selamat petang.. Pohon ku...
Yang kokoh.. Mampu menguatkan hari yang panjang ini..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H