Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - Pendidik untuk asa tunas muda dunia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berjuang dalam tulisan dengan hati nurani dan menginspirasi Bagi sesama...serta mengetuk relung-relung hati sesama.. 🙏

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

0 KM Kerendahan Hati...

20 Mei 2020   16:48 Diperbarui: 20 Mei 2020   16:43 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kulihat air mancur yang menjulang tinggi 

Menyejukkan hati yang penuh kerinduan

Saat menaklukkan hati yang keras

Dalam kebebalan diri yang mengeras.. Membatu sebesar 0 Km ini

0 Km ini ku kearah selatan ada tempat bersejarah.. Benteng Van den Bosch.. 

Benteng Pendem yang megah saat ku kayuh sepedaku.. 

Ku lihat pertemuan kau dan ku dalam hayalan di kali tempuk

Hanya ku impikan hal itu terjadi.. 

Dan jalinan cinta kita bersatu di kali bengawan Solo

Dari 0 Km di taman lalu lintas ini.. Banyak rambu-rambu cinta kita yang harus di taati... 

Ketika jarak memisahkan kita.. Hanya dalam jaringan maya.. Kita bisa bersendau gurau.. 

Bercanda bertengkar walau hanya berteman saja.. 

Senyummu terpancar  maya.. 

Indahnya hanya dalam maya saja..

Langit mendung kota Ngawi kulihat sepinya 

Alon-alon kota Ngawi  .. 

Lengang jalan ini di saat kau di rumah saja.. 

Tapi arus kendaraan mu silih berganti memadati.. Jelang hari raya idul Fitri... 

Sejenak saat asyik melupakan kerumunan

Dalam pertokoan.. Yg padat pengunjung nya... 

Dalam keadaan ber masker.. 

Sadar hatimu yang menumpul atau kesabaran kami yang berdiam diri di Rumah.. 

Sia-sia dalam kebosanan diri.. 

Harusnya ku sadarkan diri.. Dan menular pada semua   sahabat dan saudara di 0 Km ini.. 

Ku harus bangkit dari kata terserah.. 

Dalam kepasrahan diri tetap patuhi aturan.. 

Yang masih terserah dalam kekebalan hati.. 

Moga kami mampu menaklukkan kebebalan diri ini.. 

Setetes demi tetesan hujan pasti suatu saat menghancurkan kebebalan hati.. Kami.. 

Yang sangat keras... 

Melunak dari beribu-ribu tetesan nasehat yang positif.. 

Tetesan perbuatan baik yang bertubi-tubi.. 

Tetesan tindakan yang penuh tanggung jawab dan sesuai kehendakNya.. 

Moga tetesan kebebasan hujan ini menghancurkan kesombongan hati kami.. 

Untuk semakin peduli akan warga sekitar yang membutuhkan uluran tangan.. 

Mengurangi beban hidup mereka dalam kemiskinan harta yang permanen.. 

Atau kemiskinan sesaat dalam pandemi ini.. 

Terserah apa kata mereka yang tak betah di rumah.. 

Tapi mengasah kesadaran diri terus menerus menghancurkan batu kebebalan diri dalam keangkuhan rohani.. Terbalut keramahan diri.. 

Dari O Km ini kejujuran kami teruji.. Dalam kedisiplinan diri ketika harus takut akan Dia..dalam pandemi ini.. 

Di 0 Km ini mentari dan pelangi terpancar indah dalam cahaya indah penuh harapan yang lebih baik.. 

Di esok.. Yang membara. .. Dalam senyum di hati setiap pagi.. 

Bersama cerahnya  siang ini dan berhujan sebentar.. 

Moga nanti sore masih bertemu senja.. Yang kemerahan di barat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun