Setiap pagi kau mengayuh sepedamu
Dengan semangat yang tinggi mengejar mentari pagi
Demi uang sepeser dan nasi bungkus.. Di pagi ini
Lewat Kartonyono.. Saat mentari meninggi di plasa
Yang tak kau hiraukan.. Disaat keroncongan perutmu..
Sesaat ada yang tak peduli..
Dalam hatiku terenyuh..
Atas semangat mu tak pantang menyerah..
Menghacurkan penyesalanmu di waktu mudah
Tak peduli keluh mu mulai bercucuran..
Tak takut esok makan apa...
Kau yakin pasti siang nanti sapu-sapumu
Habis terjual..
Dengan belas kasih? Nya
Diantar temanmu yang menjualnya dengan menumpang di angkot tiap pagi..
Kau selalu melawan zona nyaman..
Mengupas dan mengelupas kemalasanmu
Mengikis kemiskinan mu. Yang kian meluas.. Dan menular.. Selain wabah ini..
Sepeda tuamu menjadi saksi bisu jerih payahmu
Sepeda tuamu.. Tak pernah mengeluh saat kau kayuh..
Itu penyemangatmu sampai tak bisa di kayuh
Dalam setiap doamu.. Agar tak cepat terhenti..
Moga kau selalu... Sehat.. Keluarga mu dirumah.. Menunggu..
Yang seakan tak peduli usiamu.. Bapak penjual sapu keliling....
Malu saat hanya meminta-minta..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H